• Senin, 07 Juli 2025

Peneliti ITERA Temukan Senyawa dari Murbei Berpotensi Sebagai Obat Antikanker Serviks

Senin, 07 Juli 2025 - 16.51 WIB
35

Dr. Rahmat Kurniawan, Peneliti Itera. Foto: Ist

Sri

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Terobosan baru di dunia sains datang dari Institut Teknologi Sumatera (ITERA). Seorang peneliti muda, Dr. Rahmat Kurniawan, S.Si., M.Si., yang juga dosen Program Studi Kimia dari Kelompok Keilmuan Kimia Hayati, Fakultas Sains ITERA, berhasil menemukan senyawa bioaktif yang berpotensi sebagai agen antikanker serviks.

Senyawa tersebut bernama Kuwanon J, yang berasal dari tumbuhan murbei atau Morus shalun, tanaman yang tumbuh luas di kawasan tropis seperti Indonesia.

Penemuan ini juga telah dipaparkan langsung oleh Dr. Rahmat dalam forum ilmiah Mimbar Akademik Fakultas Sains ITERA.

Dr. Rahmat menjelaskan bahwa senyawa Kuwanon J merupakan jenis adduct Diels Alder, yakni hasil reaksi khas dalam kimia organik, yang kali ini diperoleh melalui proses biotransformasi menggunakan enzim Diels-Alderase. Dalam uji laboratorium awal, Kuwanon J menunjukkan aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker serviks, menandakan potensi besar senyawa ini sebagai kandidat obat antikanker.

“Tumbuhan Morus shalun menghasilkan senyawa fenolik unik yang memiliki rantai isoprenil. Rantai ini penting dalam proses pembentukan struktur cincin metil sikloheksena, komponen khas dalam adduct Diels-Alder,” ungkap Dr. Rahmat, Senin (7/7/2025).

Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa pendekatan yang digunakan dalam penelitiannya adalah berbasis kultur jaringan, baik dari tumbuhan, jamur, maupun bakteri, untuk mengekstraksi dan memodifikasi senyawa-senyawa bioaktif alami.

Dr. Rahmat juga menyoroti potensi keanekaragaman hayati lokal Indonesia sebagai tambang senyawa obat alami. Selain murbei, penelitiannya juga mencakup berbagai tanaman lokal lain yang menghasilkan senyawa antikanker, di antaranya Paclitaxel dari cemara gunung (Taxus sumatrana).

Lalu Phytosterol dari bakau minyak atau rhizophora apiculata, kemudian amyrin dari sikat botol callistemon citrinus dan Lapachol dari tabebuya tabebuia aurea.

“Senyawa alami dari tanaman tropis Indonesia punya keunggulan, terutama dari sisi keamanan dan efek samping yang lebih rendah dibandingkan obat sintetik,” tegas Dr. Rahmat.

Menanggapi pentingnya riset terkait kanker serviks, Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung, Desti Mega Putri, mengingatkan masyarakat akan pentingnya skrining kanker serviks sebagai langkah deteksi dini.

Menurut Desti, data kasus kanker serviks di Kota Bandar Lampung hanya dapat diakses melalui rumah sakit, termasuk informasi jumlah kasus, rentang usia pasien, dan penyebab kematian.

"Namun, kita Dinas Kesehatan terus mendorong upaya pencegahan dan deteksi dini melalui program skrining yang menyasar wanita usia 30 tahun ke atas," ungkapnya.

Ada dua metode skrining yang saat ini tersedia jelas Desti, yakni pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) untuk wanita usia 30–50 tahun dan pemeriksaan DNA HPV untuk usia 30–69 tahun.

Namun, Desti mengakui bahwa capaian skrining pada tahun 2025 ini menunjukkan penurunan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.

"Tahun 2024 ada sebanyak 36.369 pemeriksaan, sementata di tahun 2025 hingga Juni ada 4.736 pemeriksaan, " jelasnya.

Oleh karena itu, pihaknya mengimbau seluruh wanita usia 30 tahun ke atas, terutama yang sudah aktif secara seksual, untuk memeriksakan diri secara rutin.

"Pemeriksaan bisa dilakukan secara gratis di 31 Puskesmas yang tersebar di Kota Bandar Lampung,” jelas Desti. (*)