• Minggu, 20 April 2025

Gudang Bulog Penuh, Petani di Palas Lampung Selatan Susah Jual Gabah

Sabtu, 19 April 2025 - 19.14 WIB
65

Wati saat mengeluh kesulitan menjual gabah. Foto: Ist

Kupastuntas.co, Lampung Selatan - Sejumlah petani di Desa Kalirejo, Kecamatan Palas, Kabupaten Lampung Selatan, menjerit dipicu sulitnya menjual gabah.

Dalam video berdurasi 1 menit 13 detik yang viral beredar, menampilkan petani bernama Wati mengeluhkan, sejumlah 40 karung gabah padi miliknya tak laku dijual.

“Gudangnya penuh, jadi padinya masih di rumah," ujar Wati, Sabtu (19/4/2025).

Dari beberapa tengkulak yang ia hubungi, mereka tak sanggup membeli gabah dengan harga pokok penjualan (HPP) pemerintah yakni Rp6.500 per kilogram.

Alasan yang ia terima, para tengkulak tak bisa menjual ke Badan Urusan Logistik (Bulog) setempat dikarenakan gudang penampungan sudah penuh.

"Sudah saya tawarkan ke beberapa bos padi dengan harga Rp6 ribu per kilogram, tapi tetap tidak ada yang mau,” celetuk Wati.

Suami Wati bernama Suyitno tampak pasrah, ia hanya meminta agar gabah padi miliknya bisa dibeli untuk mengganti biaya tanam dan panen.

“Kami mohon gabah kami tetap diserap, berapa pun harganya kami terima. Kami belum bayar upah ojek dan kombet,” sebut Suyitno.

Bendahara Gapoktan Tani Makmur Kalirejo, Sutarman menyampaikan, dirinya langsung menghubungi salah seorang maklon Bulog yakni Gusti Putu Darmawan dan Ia menolak menerima gabah karena oven pengering penuh.

“Kalau padinya roboh, bilang ke petaninya supaya dijemur dulu. Setelah kering baru bisa kita ambil. Kalau diambil sekarang, padinya bisa rusak karena oven baru bisa dipakai empat hari lagi,” jawab Darmawan ke Sutarman via sambungan telepon.

Tak kalah akal, Sutarman lalu mengontak Kepala UPT Pertanian Palas, Uning. Ia mendapat jawaban, kejadian itu akan dilaporkan ke Bulog.

“Kita laporan ke Bulog dulu,” kata Uning kepada Sutarman.

Sementara, Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (TPH-Bun) Kabupaten Lampung Selatan, Bibit Purwanto menanggapi dengan balik bertanya.

“Poktan mana? bisa minta nomor HP-nya? biar Tim Satgas mencari solusi. Kita cari solusi,” singkat Bibit Purwanto. (*)