Disembunyikan di Sasis Truk, Penyelundupan 982 Ekor Burung Ilegal Digagalkan di Bakauheni

Petugas BKHIT dan KSKP Bakauheni saat memeriksa truk Fuso yang membawa burung ilegal. Foto: Ist
Kupastuntas.co, Lampung Selatan – Balai
Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (BKHIT) Lampung dan Kepolisian Sektor
Kawasan Pelabuhan (KSKP) Bakauheni, Polres Lampung Selatan, gagalkan
penyeludupan sejumlah 982 ekor satwa burung ilegal.
Kepala Satuan Pelayanan (Kasatpel) Pelabuhan
Bakauheni BKHIT Lampung, Akhir Santoso menjelaskan, petugas gabungan mengendus
upaya penyelundupan burung tanpa dokumen alias ilegal hari Senin (17/2/2025)
dini hari.
"Petugas gabungan Balai Karantina Hewan,
Ikan dan Tumbuhan Lampung dan KSKP Bakauheni mengamanankan satu truck fuso yang
membawa 982 ekor burung illegal," terang Akhir Santoso, saat dikonfirmasi,
Selasa (18/2/2025).
Waktu itu, sebuah truk kargo akan memasuki Dermaga
Eksekutif Pelabuhan Bakauheni lalu petugas mengamati gerak-gerik kendaraan
hingga akhirnya dilakukan pemeriksaan.
"Petugas yang berpatroli sudah
mencurigai truck tersebut dan saat diperiksa menemukan box keranjang putih di
sasis truck," sambung Akhir Santoso.
Saat diperiksa, petugas mendapati 65 box
berisi 982 ekor burung dalam kondisi sangat tidak layak. Parahnya lagi, sekitar
250 ekor burung termasuk kategori satwa dilindungi.
"Sehingga penyelundupan ini menjadi
pelanggaran berat terhadap hukum perlindungan satwa liar," kata Akhir
Santoso.
Akhir Santoso merincikan, ratusan burung itu
terdiri dari 27 ekor Siri siri 27 ekor, 125 ekor Kinoy, 60 ekor Cucak Ranting,
12 Cucak Biru, 36 ekor Cucak Ijo Mini, 9 ekor Sri Gunting Kelabu, 14 ekor
Poksay Mandarin, 11 ekor Cucak Ijo, 18 ekor Serindit, 600 ekor Pleci, 43 ekor
Sikatan, 11 ekor Air Mancur, 4 ekor Kepodang, dan 12 ekor Kutilang Emas.
"Modus penyelundupan seperti ini sudah
pernah kami temui, mobil fuso dan 2 orang supir kami kawal ke kantor KSKP Bakauheni,”
tegasnya.
Akhir Santoso menyebut, burung-burung
tersebut langsung diserahkan kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA)
Seksi Konservasi Wilayah III lalu dilepasliarkan.
Sementara, Kepala Karantina Lampung, Donni
Muksydayan menambahkan, ada tantangan besar dalam memberantas penyelundupan dan
perdagangan satwa liar ilegal.
"Penyelundupan satwa liar adalah masalah
yang terus berlanjut dan memerlukan kerjasama dari semua pihak untuk
menghadapinya, Penyelundupan ini bukan hanya melanggar hukum, tetapi juga
mengancam ekosistem dan keberlanjutan spesies yang sudah langka," cetus
Donni Muksydayan.
Ia berharap, Kasus ini menjadi peringatan
penting untuk upaya pelestarian satwa liar di Indonesia, juga meningkatkan
kesadaran pentingnya menjaga keberagaman hayati tanah air.
"Untuk Pasal yang dilanggar yakni Pasal
88 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2019 tentang karantina hewan, ikan dan
tumbuhan. Kemudian untuk ancaman hukuman dapat dipidana dengan ancaman penjara
maksimal 2 tahun dan denda 2 milyar serta Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2024
tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dengan ancaman penjara paling singkat
3 Tahun dan paling lama 15 tahun dan pidana denda paling sedikit kategori IV
dan paling banyak kategori VII," pungkasnya. (*)
Berita Lainnya
-
Usai Buron, Perampok Asal Jambi Digerebek di Lampung Selatan
Kamis, 20 Februari 2025 -
H-8 Ramadan, Harga Cabai Caplak di Pasar Kalianda Lamsel Capai Rp 70 Ribu per Kg
Kamis, 20 Februari 2025 -
Kejari Lampung Selatan Sita Dokumen Satu Container Box Besar Saat Geledah Kantor BUMD PT. LSM
Rabu, 19 Februari 2025 -
Dua Pelaku Perampokan Brilink di Sidomulyo Lampung Selatan Babak Belur Dihakimi Massa
Selasa, 18 Februari 2025