• Senin, 27 Januari 2025

47 Bencana Terjadi di Lambar Selama 2024, Lima Orang Meninggal

Minggu, 26 Januari 2025 - 12.31 WIB
58

Kupastuntas.co, Lampung Barat -Pemerintah Kabupaten Lampung Barat melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mencatat selama tahun 2024 terjadi sebanyak 47 kasus bencana di Bumi Beguai Jejama Sai Betik, lima orang meninggal dunia.

Kepala BPBD Lampung Barat Padang Priyo Utomo mengatakan, bencana yang terjadi di Lampung Barat terdiri dari bencana alam dan bencana non alam, puluhan kasus tersebut terjadi sepanjang Januari-Desember 2024.

Ia menambahkan, untuk bencana alam yang terjadi di dominasi cuaca ekstrem, banjir, tanah longsor dan pohon tumbang yang tersebar di sejumlah Kecamatan, terdapat sejumlah rumah warga dan fasilitas umum yang terdampak.

"Untuk bencana alam yang disebabkan cuaca esktrem misalnya pohon tumbang, tiang listrik roboh, kemudian angin puting beliung, lalu hujan es," kata Padang kepada wartawan saat di konfirmasi, Minggu (26/1/2025).

Padang menuturkan, dari puluhan bencana yang terjadi setidaknya ada 2 rumah warga yang mengalami rusak berat dan 3 rusak sedang dan 1 rusak ringan karena bencana tanah longsor di Pekon (Desa) Sukapura, Kecamatan Sumber Jaya.

Bencana alam tersebut terjadi pada tanggal 22 Mei 2024 lalu, kemudian ada 35,5 hektar lahan pertanian milik warga yang terdampak banjir di dua Kecamatan yakni di Kebun Tebu dan Bandar Negeri Suoh (BNS) pada bulan Maret dan Mei 2024.

"Selain itu ada beberapa fasilitas pendidikan, kemudian juga jalan, jembatan yang terdampak bencana alam namun dampak yang terjadi memang tidak terlaku signifikan yang terjadi pada periode Januari-Desember 2024," imbuhnya.

Selain bencana alam, bencana non alam berupa orang hilang atau tenggelam, kemudian konflik manusia dengan satwa liar juga terjadi yang mengakibatkan lima orang meninggal yang tersebar di Kecamatan BNS, Suoh dan Lumbok Seminung.

Ia mengatakan BPBD Lampung Barat terus mengintensifkan upaya mitigasi menghadapi potensi bencana alam di wilayah tersebut. Langkah ini dilakukan guna mengantisipasi dampak buruk dari cuaca ekstrem, banjir, tanah longsor, hingga kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang sering terjadi.

Pihaknya telah melakukan berbagai langkah strategis, termasuk pemetaan wilayah rawan bencana, peningkatan kesadaran masyarakat, serta penguatan kapasitas tim tanggap darurat di masing-masing desa/kelurahan.

"Kami melakukan sosialisasi kepada masyarakat, khususnya yang berada di daerah rawan bencana, agar lebih siap dalam menghadapi situasi darurat. Selain itu, kami juga memperkuat koordinasi dengan TNI, Polri, dan organisasi masyarakat untuk mempercepat respon ketika bencana terjadi," ujarnya.

"Masyarakat juga diimbau selalu waspada terhadap kondisi wilayah masing-masing, dengan langkah proaktif BPBD komitmen melindungi masyarakat dari ancaman bencana sekaligus membangun ketangguhan bersama," pungkasnya. (*)