• Senin, 18 November 2024

Menyamakan Persepsi dan Mewujudkan Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Relevan dan Interaktif, Oleh Risky Robbyyansah

Senin, 18 November 2024 - 19.51 WIB
51

Seminar bertema 'Menyamakan Persepsi dan Penentuan Alur Tujuan Pembelajaran Materi Bahasa Indonesia Dalam Kurikulum Merdeka', Senin (18/11/2024). Foto: Istimewa.

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah menengah atas, Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Bahasa Indonesia Kota Bandar Lampung menyelenggarakan seminar bertema 'Menyamakan Persepsi dan Penentuan Alur Tujuan Pembelajaran Materi Bahasa Indonesia Dalam Kurikulum Merdeka', Senin (18/11/2024).

Kegiatan ini bertujuan untuk membahas tantangan dan solusi dalam penerapan Kurikulum Merdeka yang sedang dijalankan.

Dalam seminar ini, Risky Robbyyansah,S.Pd. selaku Sekretaris MGMP Bahasa Indonesia Kota Bandar Lampung sebagai narasumber utama menekankan pentingnya relevansi materi pembelajaran Bahasa Indonesia dengan kebutuhan dan minat siswa.

Risky Robbyyansah, S.Pd. ini pun mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia tahun 2023.

Ia memberikan materi dari esai yang dibimbing oleh Dr. Edi Suyanto, M.Pd. dan Dr. Farida Ariyani, M.Pd.

Kurikulum Merdeka diperkenalkan dengan tujuan memberikan fleksibilitas dalam pembelajaran dan meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan siswa. Namun, dalam pelaksanaannya, masih terdapat berbagai problematika terkait ketidaksesuai materi dalam capaian pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah menengah atas.

Problematika ini muncul dari beberapa faktor, termasuk relevansi materi, metode pengajaran, sistem penilaian, dan keterlibatan siswa.

Salah satu tantangan utama adalah kurangnya relevansi materi yang diajarkan. Meskipun Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan kepada sekolah untuk menyesuaikan materi dengan konteks lokal, banyak sekolah masih mengandalkan konten yang generik dan tidak mencerminkan kebutuhan serta minat siswa. Materi yang bersifat teoritis, seperti analisis sastra yang tidak berhubungan dengan pengalaman sehari-hari siswa, dapat membuat mereka merasa bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia tidak memiliki arti dalam kehidupan mereka.

Untuk mengatasi masalah ini, penting bagi guru dan sekolah untuk melakukan analisis kebutuhan siswa dan konteks lokal. Pengembangan materi yang lebih relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa, termasuk memasukkan teks-teks sastra lokal atau isu sosial yang sedang berlangsung, dapat meningkatkan minat dan pemahaman siswa.

Misalnya, menggunakan karya sastra dari penulis lokal atau topik yang berkaitan dengan budaya dan masyarakat sekitar dapat menciptakan keterhubungan yang lebih kuat antara materi dan pengalaman siswa.

Metode pengajaran juga merupakan aspek yang sangat penting dalam mencapai capaian pembelajaran yang diharapkan. Meskipun Kurikulum Merdeka mendorong inovasi dalam pengajaran, banyak guru masih menggunakan pendekatan konvensional yang kurang melibatkan siswa.

Ceramah yang dominan dan kurangnya aktivitas interaktif dapat membuat siswa merasa terasing dan tidak bersemangat. Oleh karena itu, penerapan metode yang lebih partisipatif, seperti diskusi kelompok, studi kasus, dan penggunaan teknologi dalam pembelajaran, perlu diterapkan.

Pelatihan guru untuk menggunakan berbagai strategi pengajaran yang kreatif dan inovatif sangat penting. Dengan meningkatkan keterampilan guru dalam menciptakan lingkungan belajar yang interaktif, siswa akan lebih termotivasi untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Misalnya, mengadakan workshop atau seminar tentang metode pengajaran yang sesuai dengan prinsip Kurikulum Merdeka dapat memberikan guru alat dan pengetahuan untuk beradaptasi dengan kebutuhan siswa.

Aspek penilaian dalam Kurikulum Merdeka juga perlu diperhatikan. Seringkali, sistem penilaian yang ada masih berfokus pada aspek kognitif saja, tanpa mempertimbangkan keterampilan praktis siswa dalam berbicara dan menulis.

Penilaian yang kurang komprehensif ini mengakibatkan siswa tidak mendapatkan umpan balik yang menyeluruh tentang kemampuan mereka. Oleh karena itu, pengembangan sistem penilaian yang holistik sangatlah penting. Penilaian berbasis proyek, presentasi, dan portofolio dapat memberikan gambaran yang lebih baik tentang kemampuan siswa secara keseluruhan dan mendorong mereka untuk lebih aktif dalam proses belajar.

Keterlibatan siswa dalam pembelajaran juga merupakan tantangan yang perlu diatasi. Banyak siswa merasa tidak memiliki suara dalam proses pembelajaran, sehingga mereka kurang aktif berpartisipasi. Memberikan siswa kesempatan untuk memilih topik atau proyek yang mereka minati dapat meningkatkan rasa kepemilikan terhadap pembelajaran.

Pembentukan komunitas literasi atau klub bahasa di luar jam pelajaran juga dapat menjadi wadah bagi siswa untuk mengekspresikan minat dan kreativitas mereka.

Membangun suasana kelas yang inklusif dan mendukung juga sangat penting. Ketika siswa merasa dihargai dan didengarkan, mereka akan lebih termotivasi untuk terlibat aktif dalam pembelajaran.

Pendekatan yang mendorong kolaborasi dan diskusi antar siswa dapat menciptakan rasa saling menghargai dan meningkatkan dinamika kelas.

Dalam kesimpulan, ketidaksesuaian materi dalam capaian pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum Merdeka merupakan tantangan yang perlu diatasi secara serius.

Dengan memperbarui dan menyesuaikan materi agar relevan dengan konteks siswa, menerapkan metode pengajaran yang interaktif, mengembangkan sistem penilaian yang holistik, serta meningkatkan keterlibatan siswa, diharapkan pembelajaran Bahasa Indonesia akan menjadi lebih efektif dan bermanfaat.

Upaya-upaya ini tidak hanya akan meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi, tetapi juga mempersiapkan mereka untuk menghadapi berbagai tantangan dalam berkomunikasi dan berinteraksi di era modern. Dengan pendekatan yang tepat, diharapkan siswa tidak hanya menjadi konsumen informasi, tetapi juga mampu menjadi penghasil dan penyebar informasi yang berkualitas. (*)