• Minggu, 29 September 2024

Berikut Empat Daerah Rawan Kekeringan di Lampung Saat Musim Kemarau

Rabu, 26 Juni 2024 - 15.04 WIB
124

Kepala BPBD Provinsi Lampung, Rudy Sjawal Sugiarto. Foto: Dok/kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Lampung mencatat setidak nya terdapat empat wilayah yang ada didaerah setempat berpotensi tinggi terjadi kekeringan pada musim kemarau tahun 2024 ini.

Kepala BPBD Provinsi Lampung, Rudy Sjawal Sugiarto mengatakan, keempat wilayah tersebut diantara nya ialah Kota Bandar Lampung, Lampung Selatan, Pesawaran dan sebagian Lampung Timur.

"Potensi yang paling tinggi terjadi kemarau itu ada di Bandar Lampung, Lampung Selatan, Pesawaran dan sebagian kecil Lampung Timur. Ini di peta warna nya paling pekat," ujar Rudy, saat dimintai keterangan, Rabu (26/6/2024).

Rudy mengatakan, kekeringan merupakan jenis bencana yang kejadiannya secara berlahan hingga menuju ke titik kulminasi sepanjang musim.

"Saat puncak musim kemarau sendiri akan ditandai dengan suhu yang tinggi, angin yang berhembus juga cenderung hangat dan tidak ada titik hujan," katanya.

Sementara itu, dari sisi ancama sendiri, bencana kekeringan sangat dekat dengan masyarakat adalah kebakaran baik itu secara konvensional serta kebakaran lahan dan hutan (karhutla).

"Kalau kita cek dari syarat terbentuknya api ada tiga. Pertama bahan bakar, oksigen dan titik panas. Ketika kemarau ini tiga-tiganya sudah dan kalau bersatu maka terjadi lah kebakaran," terangnya.

Pada kesempatan tersebut ia memaparkan jika pihaknya akan mulai meningkatkan kewaspadaan dengan melakukan piket udara yang dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari.

"Kita meningkatkan piket udara yang dilakukan dua kali dalam sehari jam 9 pagi dan 8 malam. Ini melalui radio rik bersama dengan tim URC yang ada di kabupaten/kota jadi sedini mungkin kita cek terus," papar dia.

Rudy menjelaskan, masyarakat diminta untuk waspada dalam menggunakan api seperti api domestik yang berasal dari kompor dapur, alat listrik yang digunakan sehari-hari serta menghindari pembakaran sampah.

"Kita juga waspadai industri atau pekerjaan yang menggunakan listrik dan api yang berada di sekitar kehutanan. Seperti misal aktivitas kemah yang membuat api unggun. Ini sementara tidak dilakukan dulu," katanya.

Untuk diketahui, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan potensi La Nina di Indonesia akan terjadi mulai Juli-September 2024

Hasil monitoring BMKG terhadap indeks ENSO menunjukkan potensi menuju La Nina terjadi pada JAS 2024 atau selama Juli, Agustus, dan September 2024. 

ENSO atau El Nino-Southern Oscillation dalam hal ini adalah anomali pada suhu permukaan laut di Samudera Pasifik di pantai barat Ekuador dan Peru yang lebih tinggi daripada rata-rata normalnya. (*)