• Senin, 30 September 2024

245 Warga Metro Terjangkit DBD Selama Januari-April 2024, Walikota Minta Warga Waspada

Senin, 13 Mei 2024 - 08.56 WIB
139

Walikota Metro, Wahdi saat diwawancarai awak media terkait dengan meningkatkan kasus DBD di Metro. Senin, (13/5/2024). Foto: Arby/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Metro - Kasus Demam berdarah dengue (DBD) di Kota Metro mengalami peningkatan signifikan. Tercatat, sejak awal Januari 2024 hingga April 2024 sebanyak 245 kasus muncul di Kota setempat.

Walikota Metro, Wahdi meminta masyarakat mewaspadai ancaman DBD. Pihaknya juga mengimbau agar masyarakat dapat rutin melakukan gotong-royong bersih-bersih lingkungan untuk menekan sebaran kasus DBD di Bumi Sai Wawai.

"Saya sudah mengingatkan pada setiap waktu, untuk diperhatikan bahwa DBD kita dengan perubahan dari pada pembawa vektornya tentu harus diwaspadai. Terutama, kita bisa melihat DBD tidak saja menyerang pada anak-anak, tetapi sekarang pada orang dewasa," kata Wahdi saat dikonfirmasi Kupastuntas.co di Pemkot Metro, Senin (13/5/2024).

Menurutnya, masyarakat Kota Metro perlu intens dalam menjaga kebersihan lingkungan dan menggerakkan kegiatan menguras tempat penampungan air, menutup tempat-tempat penampungan air dan mendaur ulang berbagai barang yang memiliki potensi untuk dijadikan tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus DBD pada manusia atau 3M plus.

"Ada orang dewasa kita bisa lihat beberapa kasus anggap kesakitan meningkat, kemudian juga angka mortalitasnya. Saya kira menjadi perhatian pada kita semua, kepada masyarakat saya menghimbau yang pertama kali tentu menjaga lingkungan yang sehat," jelasnya.

"Lingkungan sangat mempengaruhi dari aspek epidemiologinya, lingkungan lah yang berubah semuanya. Kalau kita memperhatikan lingkungan kita, saya kira kita akan baik, 3M plus tentunya juga," imbuhnya.

Wahdi juga mengaku pihaknya telah membentuk Juru Pemantau Jentik (Jumantik) yang bertugas melakukan pengecekan jentik nyamuk dari rumah ke rumah di Kota setempat.

"Kemudian pemerintah Kota Metro sudah membentuk jumantik, ini yang paling penting di setiap rumah harus ada anggota keluarga yang bisa mengamati betul-betul, karena di situ nyamuk aides aigepty suka di tempat air yang jernih kemudian sampah," terangnya.

"Kita sudah memahami tentang sanitasi total berbasis masyarakat, saya kira masyarakat akan lebih waspada lagi. Kemudian di setiap waktu tentunya kita punya program geliat, gerakan lingkungan hidup bersih dan sehat yang harus dilakukan," sambungnya.

Walikota juga mengaku telah memerintahkan seluruh Lurah di Metro untuk berkoordinasi dengan pamong dalam melakukan gotong-royong bersih-bersih lingkungan setiap minggunya.

"Saya setiap waktu menghimbau kepada masyarakat lewat Lurah dan Pamong. Itu harus menjadi kegiatan yang terus berjalan, upayakan seminggu sekali Saya minta kepada lurah untuk menggerakkan pamongnya bersama masyarakat melakukan bersih-bersih," pungkasnya.

Sementara itu, berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) yang diterima Kupastuntas.co, terhitung sejak awal Januari hingga April 2024 tercatat 245 kasus DBD di Kota Metro.

Tingginya kasus DBD di Metro telah mengarah pada Kejadian Luar Biasa (KLB). Kasus DBD di Metro mengalami peningkatan hingga 100 persen dibandingkan tahun 2023 pada bulan yang sama.

"Jadi kasus DBD di Metro dari Januari hingga April ada peningkatan 100 persen dibandingkan tahun 2023. Jadi sudah mengarah ke KLB. Data yang masuk 245 kasus sampai dengan April 2024," jelas Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Diskes Kota Metro, Verawati Nasution.

Verawati menyebut, Diskes Metro telah melakukan berbagai upaya dalam menekan pertumbuhan kasus DBD di Kota setempat. Kasus terbanyak muncul di Kecamatan Metro Pusat.

"Upaya dari Diskes Metro melalui Puskesmas sudah melaksanakan, sudah promosi kesehatan terkait 3M plus, Sosialisasi, Gertak PSN tiap Jumat, sudah kita laksanakan sebelum terjadi peningkatan DBD. Terkait penurunan, kita lihat di Mei apakah ada dampaknya dari upaya kita, kita analisa di Mei apakah ada penurunan. Banyak terjadinya di Kelurahan Yosomulyo, Kecamatan Metro Pusat," terangnya.

Ia menilai, peningkatan kasus DBD bukan disebabkan oleh faktor lingkungan namun lebih kepada kebiasaan masyarakat yang membiarkan munculnya genangan air.

"Bukan karena lingkungan, balik ke higiene rumah tangga masyarakat, karena rumah masyarakat itu misalnya dia ada genangan air, itu tempat berkembang biaknya jentik nyamuk. Jadi seperti tempat penampungan itu harus ditutup dan disebar abate. Virus ini perkembangan medianya air, jadi membasmi pencegahannya dari air yang tergenang," ungkapnya.

"Ciri-cirinya secara kasat mata demam lebih dari tiga hari. Kalau misalkan ditemukan kondisi seperti itu langsung cek darah lengkap di Puskesmas atau rumah sakit. Jadi kita bisa tau ini DBD atau bukan, jadi bisa langsung ditangani. Menjaga kebersihan rumah tangga lingkungan, jaga imunitas, jaga pola hidup sehat. Cukup dijaga itu, mudah-mudahan DBD itu tidak terjadi," tandasnya. (*)

Editor :