• Minggu, 03 November 2024

Mengenal Sejarah 'Malaman Pitu Likukh' Tradisi Sakral Masyarakat Lampung Barat Jelang Perayaan Idul Fitri

Sabtu, 06 April 2024 - 20.39 WIB
904

Tradisi Malaman Pitu Likukh di Lampung Barat. Foto: Echa/kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Lampung Barat - Bulan suci ramadhan sudah memasuki malam ke-27 artinya tinggal menghitung hari lagi ummat muslim di seluruh penjuru dunia akan merayakan kemenangan pada hari raya idul fitri 1445 hijriah, perayaan itu menjadi momen yang di nantikan oleh seluruh ummat muslim.

Namun dalam menyambut hari kemenangan tersebut banyak tradisi turun temurun yang rutin dilakukan, seperti halnya di Kabupaten Lampung Barat pada malam ke-27 bulan ramadan masyarakat di Bumi Beguai Jejama Sai Betik itu biasanya merayakan dengan kegiatan yang di sebut malaman pitu (7) likukh.

Malaman pitu likukh merupakan agenda sakral yang rutin dilakukan setiap bulan suci ramadhan tepatnya pada malam ke-27 bulan ramadhan. Malaman pitu likukh biasanya di lakukan di setiap Pekon (Desa) yang ada di Bumi Sekala Bekhak dengan bersama-sama menyalakan obor ataupun batok kelapa yang di susun rapi.

Obor dan batok kelapa itu di susun berjajar di halaman rumah masing-masing kemudian di bakar untuk menerangi seluruh halaman rumah, hal itu sebagai pertanda jika hari kemenangan yang di tunggu-tunggu akan segera tiba dengan munculnya cahaya kemenangan dari susunan obor dan batok kelapa yang di bakar tersebut.

Mengutip dari media sosial instagram @festivalsekalabekhak sejarah terciptanya tradisi malaman pitu likukh dimulai pada masa kekuasaan Ratu Sekekhummong, setiap Bulan bakha pak belas di bulan Hali (purnama ke 14 pada bulan 11) dilakukan upacara persembahan kepada sang Dewa yang dikenal dengan upacara 'Ikhau' upacara tersebut dipimpin langsung oleh sang Ratu Agung, Ratu Sekekhummong.

Untuk pelaksanaan upacara Ikhau, Ratu Sekekhummong menitahkan agar seluruh negeri Sekala Brak dibuat

terang benderang, sehingga untuk menghadapi upacara 'ikhau' seluruh penduduk negeri dari jauh hari telah mengumpulkan batok kelapa sebanyak-banyaknya seakan berlomba untuk menyuguhkan yang terbaik pada malam tersebut.

Tiba bulan purnama seluruh negeri terang benderang, dari atas disirami cahaya bulan, sementara dibawah pada setiap halaman rumah penduduk terdapat penerangan dari tiga, empat bahkan ada yang sampai tujuh titik batok kelapa yang disusun setinggi 1 sampai dengan 2 meter diperhitungkan baru padam menjelang terbitnya sang fajar.

Malam itu begitu indah dan meriah ada tabuh-tabuhan, tarian dan rapal mantra pujian kepada Dewa, disisi lain malam itu

juga mencekam karena pada malam itu seorang gadis suci nan jelita pilihan para pembesar negeri akan dikurbankan sebagai persembahan kepada Dewa.

Sekiranya persembahan tersebut diterima mereka meyakini bahwa pada malam satu Temu (malam pertama bulan dua belas) para Dewa akan menurunkan tujuh Bidadari, karena itulah pada malam satu Temu di negeri Sekala Brak kembali dilakukan Benderang Negeri dengan membakar batok kelapa namun dengan suasana yang hening untuk menyambut turunnya tujuh bidadari.

Seiring dengan masuknya Islam di bumi Sekala Brak, Sekala Brak kuno mengalami keruntuhan dan berdirilah Paksi Pak Sekala Brak Lampung Barat dengan keyakinan yang baru yaitu Islam, upacara ini tetap terwariska,n namun sudah bernuansa islami dengan sebutan baru 'Malaman Pitu Likukh'.

Dilakukan juga benderang negeri dengan membakar batok kelapa pada setiap malam 27 ramadan menyambut turunnya para malaikat ke bumi yang menandai malam Lailatul Qadar.

Para YM Saibatin berkumpul dengan para penduduk negeri untuk melakukan puja-puji keharibaan Allah SWT bermunajat bagi keselamatan dan kesejahteraan di dunia dan akhirat.

Pada malam menjelang 1 syawal disebut Malaman Buka Dibi, kembali dilakukan benderang negeri dan seluruh penduduk negeri dihimbau berkumpul di masjid dan sura-surau untuk melantunkan takbir, tahmid dan dzikir dalam rangka menyambut 1 Syawal pada esok hari nya (RDP).

Seperti halnya yang dilakukan masyarakat di Kecamatan Batu Brak malaman pitu likukh bagi masyarakat setempat menjadi agenda yang wajib untuk dilakukan ketika memasuki malam ke-27 bulan ramadhan, sebab tradisi itu sudah berlangsung turun temurun dari jaman nenek moyang.

"Malaman pitu likukh menjadi tradisi wajib yang dilakukan pada saat malam ke-27 bulan ramadhan, karena banyak makna yang terkandung di dalam nya bukan semata-mata perayaan menggunakan obor dan batok kelapa saja tetapi memiliki arti dan makna tersendiri bagi masyarakat Lampung Barat," kata Rian warga Batu Brak, Sabtu (6/4/2024).

Ia menceritakan, saat ini malaman pitu likukh diartikan sebagai sebuah ungkapan kebahagiaan dan rasa syukur ummat muslim di Bumi Beguai Jejama Sai Betik setelah menjalani ibadah puasa, perayaan nya bukan hanya menyalakan obor dan batok kelapa tetapi ada juga masyarakat yang menggelar doa bersama sebagai wujud rasa syukur kepada yang kuasa.

"Doa bersama ini biasanya dilakukan dengan mengundang seluruh masyarakat di Pekon ini sebagai bentuk rasa syukur kepada yang kuasa karena telah diberikan nikmat kesehatan dan kebarokahan sehingga bisa menjalani ibadah bulan puasa dan ibadah yang lainnya dengan baik dan lancar sesuai perintah dan ajaran nya," tambah dia

Perayaan malaman pitu likukh sendiri kata dia bukan hanya di rayakan oleh orang dewasa saja namun juga di rayakan oleh remaja bahkan anak-anak dengan menyalakan kembang api dan petasan sebagai bentuk rasa gembira karena berhasil menjalani bulan yang penuh berkah ini dengan baik.

"Anak-anak biasanya berkeliling membawa obor sekaligus menyalakan kembang api dan petasan keliling kampung untuk menggambarkan kebahagiaan mereka setelah menjalani ibadah puasa serta menyambut hari kemenangan yang hanya tinggal menghitung hari," tambah dia

"Momen ini lah yang selalu di tunggu-tunggu oleh anak-anak dan masyarakat ketika datang nya bulan suci ramadhan, terlebih ada malam lailatul qadar yang memiliki banyak sekali keistimewaan pada siapa saja yang mengerjakan ibadah dan mendapatkan lailatul qadar pada malam-malam ganjil di akhir bulan ramadhan," terangnya

Untuk diketahui, malaman pitu likukh merupakan satu dari sekian banyak budaya yang rutin dilakukan pada saat bulan Ramadan di Lampung Barat, begitu banyak budaya menarik yang ada di Bumi sekala Brak tersebut tinggal bagaimana masyarakat bisa mempertahankan budaya yang telah ada secara turun temurun tersebut dengan tetap mempertahan nilai-nilai spiritual yang ada di dalamnya.

Malaman Pitu Likukh - Suasana malaman pitu likukh salah satu tradisi turun temurun yang dilakukan masyarakat di Lampung Barat khususnya di Kecamatan Batu Brak. (*)