• Senin, 30 September 2024

Saluran Irigasi Dipenuhi Sampah, Warga Minta Pemkot Metro Beri Solusi

Senin, 01 April 2024 - 20.47 WIB
196

Kondisi sampah yang mengalir di sepanjang jaringan irigasi melintasi Kelurahan Yosodadi, Kecamatan Metro Timur. Foto: Arby/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Metro - Pemandangan tak sedap berupa sampah yang membludak dan berserakan kerap terlihat di sepanjang jaringan irigasi mengarah ke pintu air Jalan Wader Gg. Sapu-sapu, RT 028 RW 011, Kelurahan Yosodadi, Kecamatan Metro Timur.

Dari pantauan Kupastuntas.co, di pintu air yang dikenal warga sebagai Dam 5 tersebut terlihat berbagai jenis sampah mengalir terbawa arus air sepanjang jaringan irigasi tersebut.

Sampah itu didominasi oleh plastik dan sterofom, bahkan terdapat pula berbagai sampah rumah tangga hingga pampers.

Bambang, salah seorang warga sekitar mengaku kondisi tersebut kerap kali terlihat khususnya ketika pintu air dibuka. Sampah yang terhambat di pintu air Jalan Hasanuddin perbatasan Kelurahan Imopuro dan Yosomulyo itu memenuhi saluran irigasi.

Saat pintu air dibuka, maka sampah tersebut akan menyebar dan mengalir ke sejumlah cabang jaringan irigasi hingga ke Yosodadi dan menuju Kabupaten Lampung Timur.

"Sudah biasa ini mas, kami melihat ini hampir setiap hari. Kalau pintu air diatas dibuka, ya kotoran sampah ini sampai kesini dan mengalir terus sampai ke arah Lampung Timur," kata dia saat dikonfirmasi Kupastuntas.co, Senin (1/4/2024).

Hal serupa diungkapkan Yanto. Warga sekitar jaringan irigasi tersebut berharap Pemerintah Kota (Pemkot) Metro dapat menemukan solusi agar sampah tidak memenuhi irigasi.

"Kalau seperti kita ini hanya bisa berharap sama Pemerintah, kalau pemerintah perhatian ya seharusnya dicarikan solusinya. Supaya hal seperti ini tidak terus menerus terjadi," ucapnya.

Ia menceritakan, dibutuhkan waktu hingga tiga jam bagi sampah di irigasi dapat mengalir dengan sendirinya dan keluar dari wilayah perbatasan Kota Metro dan Kabupaten Lamtim.

"Ini kan sampah banyak,, nah nanti itu sekitar 2 sampai 3 jam baru habis sampah-sampah ini. Semua mengalir ke arah Pekalongan. Terus ada juga sampah yang masuk ke lahan persawahan lewat saluran-saluran drainase hingga yang terkecil," jelasnya.

"Jadi wajar kalau sampah itu sampai ke lahan pertanian, soalnya kan dibiarin mengalir aja di irigasi. Kalau dibersihkan kan pasti tidak sampai ke areal persawahan," imbuhnya.

Warga berharap Pemkot Metro dapat menemukan solusi agar sampah yang dibuang oleh masyarakat tidak  bertanggungjawab bisa dimanfaatkan.

Selain itu, Pemkot diminta gencar melakukan pembersihan, sosialisasi hingga Operasi Tangkap Tangan (OTT) para pelaku pembuang sampah seperti yang telah dilaksanakan sebelumnya.

"Harapannya pemerintah punya solusi, kemudian bagaimana caranya agar masyarakat itu tidak buang sampah ke saluran irigasi. Dulu kan ada OTT pelaku buang sampah tuh, nah itu diaktifkan saja kembali," bebernya.

"Karena OTT itu lebih efektif, apalagi kalau bisa yang buang itu di viralin biar ada efek jera. Sehingga kebiasaan masyarakat yang buang sampah sembarangan itu bisa berkurang," tandasnya.

Diketahui, sampah non-biodegradable yang menumpuk dapat menyebabkan gangguan pada sistem irigasi. Hal tersebut dapat berdampak buruk pada pertanian dan kesejahteraan masyarakat yang hidup di sekitar saluran irigasi.

Tak hanya itu, akibat dari membuang sampah di saluran air juga dapat menyebabkan berkurangnya volume saluran sehingga membuat penumpukan sedimen lumpur yang berujung pada mampetnya pembuangan.

Sehingga, air dapat meluap dan menciptakan banjir. semakin deras hujan yang turun, maka semakin besar banjir yang terjadi. Dampak membuang sampah sembarangan ini juga akan merusak pemandangan serta mendatangkan bau yang tidak sedap.

Selain itu, sampah yang menumpuk di saluran irigasi juga dapat mendatangkan berbagai penyakit karena mencemari lingkungan.

Oleh karena itu, dibutuhkan peran serta berbagai pihak dalam membersihkan saluran irigasi di Kota Metro. Karena selain menjadi permasalahan ketidaknyamanan, air kotor yang tergenang atau saluran tersumbat menjadi tempat favorit bagi nyamuk hingga bakteri jahat. Akibatnya, dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit diare hingga demam berdarah. (*)