Dipungut Rp 100 Ribu, Kuliner Senja Ramadan di Pasar Cendrawasih Metro Sepi Pedagang
Kupastuntas.co, Metro - Geliat ekonomi wisata kuliner senja Ramadhan 1445 Hijiriah yang disebut sebagai trobosan Pemerintah Kota (Pemkot) Metro dalam meningkatkan ekonomi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) nampaknya masih jauh dari harapan.
Pasar senja yang baru diresmikan Walikota Metro, Wahdi pada Rabu (13/4/2024) sore tersebut justru sepi peminat. Dari target ratusan pedagang yang bakal berjualan di lokasi itu, faktanya tidak sampai 30 pedagang.
Isu penarikan uang pendaftaran sebesar Rp100 Ribu per pedagang diduga menjadi penyebab sepinya minat pelaku UMKM di Metro untuk terlibat dalam kegiatan yang digagas Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Metro tersebut.
Mirisnya, keberadaan wisata kuliner senja Ramadhan 1445 Hijriah di lantai 2 pasar Cendrawasih tersebut tidak sesuai ekspektasi. Pedagang setempat mengeluhkan minimnya omset yang diterima dibandingkan berdagang di Samber Park.
Hal tersebut diungkapkan Rina Aprilia, seorang pelaku UMKM asal Kelurahan Hadimulyo Barat, Kecamatan Metro Pusat yang ikut berpartisipasi menjajakan dagangannya di lantai 2 pasar Cendrawasih membeberkan kondisi sebenarnya di wisata kuliner senja Ramadhan.
"Alhamdulillah tadi di parkiran sudah ada penglaris. Memang kalau di lapangan samber itu rame banget sih, mungkin karena di sini suasananya baru orang jadi belum banyak yang tahu. Memang ramainya hanya di lapangan samber. Kalau dibandingkan sama di lapangan samber ya pokoknya lebih banyak di lapangan samber," ungkapnya, saat dikonfirmasi di lokasi wisata kuliner senja Ramadan, Rabu (13/3/2024).
Ia bahkan berujar jika diberikan kesempatan untuk berjualan di Samber Park maka pihaknya akan kembali ke lapangan samber.
Baca juga : Catat! Pasar Takjil Ramadan Samberpark Kota Metro Pindah ke Cendrawasih
Menurutnya, berjualan di Samber Park lebih menjanjikan peningkatan ekonomi dibandingkan di lantai 2 pasar Cendrawasih.
"Ya enaknya di lapangan samber, tapi memang kalau tempatnya rapih di sini. Kalau tahun kemarin di lapangan samber itu omsetnya sampai Rp400 Ribu sehari, kalau di sini cuma dapat Rp250 Ribu sehari. Malah turun dibandingkan tahun sebelumnya," ujarnya.
Tak hanya itu, wanita penjual makanan siap saji tersebut juga mengungkapkan sepinya minat pedagang untuk terlibat dalam kegiatan wisata kuliner senja Ramadhan di lantai 2 pasar Cendrawasih telah tampak sejak hari pertama.
"Kalau hari pertama kemarin paling cuman 10 pedagang saja. Sekarang yang dagang juga sedikit, saya dagang sayur-sayur matang dan gorengan ada bakwan dan lain-lain," ucapnya.
Menanggapi pungutan sebesar Rp100 Ribu, Walikota Metro, Wahdi mengaku tidak mengetahui hal tersebut. Ia justru mengungkapkan bahwa sarana dan prasarana wisata kuliner senja Ramadan 1445 telah disediakan gratis oleh Pemkot Metro.
"Saya tidak tahu kalau ada Rp100 Ribu, saya sudah sampaikan sementara ini tentu diberi kemudahan. Berikan sarana prasarana, dirawat yang baik. Syarat prasyaratnya nol," tegas Wahdi.
Sementara itu menanggapi sepinya geliat wisata kuliner senja di lantai 2 pasar Cendrawasih dan masyarakat yang membandingkan dengan keramaian pasar senja Samber Park, Walikota menyebut kedepannya akan lebih baik.
"Jangan saat ini, kita ingin tentu juga masyarakat tangguh dalam ekonomi. Dimana-mana ribuan, tapi ingat bahwa disana juga terbatas juga loh. Silakan nanti siapa yang mau mengisi ini, mudah-mudahan ke depannya akan bisa lebih baik," bebernya.
"Jangan lihat sekarang, merubah pasar itu memang bukan mudah tapi rezeki itu tidak usah khawatir, tidak akan dirubah-rubah dan ditukar-tukar oleh Allah," sambungnya.
Wahdi bahkan meminta komitmen pihak paguyuban dalam menghadirkan keramaian di lokasi wisata kuliner senja Ramadhan lantai 2 pasar Cendrawasih.
"Kita harus mengajak, tidak mungkin kita bekerja sendiri maka skemanya seperti apa silakan pemerintah hanya memberikan sarana dan prasarana, nah untuk syarat prasyaratnya saya kira harus dimudahkan juga sehingga ini bisa berkembang," jelasnya.
"Kemudian komitmen bersama, kalau kita komitmen di atas ada tempat kuliner maka di bawah jangan ada. Karena ini yang tidak berkeadilan, kesepakatan bersama saya minta kepada tenan-tenan yang ada kemudian paguyuban yang notabennya ada 180 anggotanya. Kalau dikoordinasikan bersama dan bekerja sama dengan baik, maka ini ada hal yang besok bisa kita lihat hasilnya," paparnya.
Ia juga menegaskan bahwa Pemkot telah menyediakan Sarpras bagi pelaku UMKM untuk berjualan di lantai 2 pasar Cendrawasih secara gratis.
"Saat ini sudah saya sampaikan tolong digratiskan dulu, hanya tentu kepada paguyuban yang berada di sini ikut menjaga ini. Saat ini gratis tidak dipungut biaya apapun," ungkap Wahdi.
Sementara Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Metro, Elmanani menyebut, seluruh pelaku UMKM yang terlibat dalam kegiatan wisata kuliner senja Ramadan di lantai 2 pasar Cendrawasih merupakan pedagang yang tergabung dalam paguyuban di samber Park.
Sehingga terkait dengan iuran Rp100 Ribu yang disebut pedagang sebagai biaya pendaftaran itu, dikatakan Kadis merupakan uang kas rutin paguyuban.
"Ini kan pedagang yang sudah bergabung di dalam wisata kuliner, yang dulu sebutannya pasar senja Ramadhan. Jadi memang mereka ini sudah tergabung dalam paguyuban, seperti biasa menurut informasi ketua paguyuban Pak Sugeng, setiap ada agenda tahunan mereka ada untuk mengisi uang kas," ucapnya.
"Gunanya itu untuk apa, untuk kalau kotor kita bayar tukang bersih-bersih kemudian kalau misalnya lampu atau apa deh, itu untuk mengisi uang kas paguyuban dan pemerintah kota metro tidak terlibat sama sekali. Menurut informasi ketua paguyuban ini merupakan hal biasa dan menjadi tradisi setiap tahun," lanjutnya.
Meskipun begitu, Elmanani mengaku telah mengetahui perihal penarikan uang Rp100 Ribu per pedagang tersebut. Namun pihaknya tidak ikut campur dalam hal penarikan uang.
"Kami tahu, tapi kami pasrahkan dengan paguyuban. Kalau memang itu tradisi setiap tahun, ya toh ternyata setiap pedagang tidak komplain. Tapi kalau ini ada yang komplain Saya tidak tahu," tuturnya.
"Sampai saat ini bergabung 70 pedagang, dan kami mengharapkan karena menurut informasi anggota paguyuban ada 180, kalau memang situasinya seperti ini terus mungkin yang lain akan berdatangan. Kita lihat di sini lapak-lapak masih banyak yang kosong," tambahnya.
Sementara itu ketika ditanya perihal antisipasi jika wisata kuliner senja Ramadhan sepi dan terancam bubar, Elmanani justru membeberkan upaya maksimal yang telah dilakukan Dinas.
"Jadi begini, salah satu upaya dan tugas yang melekat di pundak saya sebagai kepala dinas yang dituakan di dinas saya, saya harus berupaya. Sayang aset pemerintah tidak kita urus, tidak kita berdayakan, dan tidak kita gunakan," cetusnya.
"Saya cukup berat loh memindahkan orang dari lapangan samber ke sini, Saya tidak ada kepentingan apa-apa dan tidak ada tujuan apa-apa selain menghidupkan kembali aset pemerintah ini supaya dapat dipergunakan oleh pedagang yang selama ini cari-cari tempat tidak tahu di mana, ayo silakan di sana. Maksud saya seperti itu," imbuhnya.
Sementara saat ditanya akankah ada kebijakan untuk mengembalikan pasar senja Ramadan di Samber Park, Kepala Disdag tersebut tidak berkomentar banyak.
"Kita lihat nanti ya, makanya saya minta support teman-teman semua para media," tandas Elmanani mengakhiri wawancaranya. (*)
Berita Lainnya
-
Qomaru Divonis Pidana Denda Rp 6 Juta Subsider Satu Bulan Penjara
Selasa, 05 November 2024 -
Polisi Tangkap Mucikari Penjual IRT di Metro Lampung
Jumat, 01 November 2024 -
Qomaru Dituntut Pidana Bayar Denda Rp 6 Juta Subsider Tiga Bulan Penjara
Kamis, 31 Oktober 2024 -
Polisi Gerebek Warnet Sarang Judi Online di Metro Lampung, Satu Pejudi Ditangkap
Kamis, 31 Oktober 2024