Lampung Masuk Daerah Dengan Angka Inflasi Tertinggi Nasional, Mendagri Wanti-wanti Kepala Daerah
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian. Foto: Sindonews.com
Kupastuntas.co, Bandar
Lampung - Kementerian Dalam Negeri
(Kemendagri) mencatat, ada 10 provinsi yang memiliki angka inflasi di atas
rata-rata nasional termasuk Provinsi Lampung. Dan ada 20 kabupaten/kota
se-Indonesia.
Menteri
Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian meminta pemerintah daerah (Pemda) gencar
menggelar gerakan pangan murah atau pasar murah dan menyalurkan bantuan sosial
(Bansos) kepada masyarakat. Langkah ini dibutuhkan sebagai upaya pengendalian inflasi di masing-masing daerah.
Menurut Tito, kondisi inflasi di masing-masing daerah masih bervariasi
meski di tingkat nasional terkendali. “Digenjot
kegiatan pasar murahnya, karena kegiatan pasar murah ini sangat bermanfaat
untuk masyarakat agar mereka dapat tercukupi, terutama yang tidak mampu,” kata
Tito dikutip dari siaran persnya usai memimpin Rapat Koordinasi Pengendalian
Inflasi Daerah yang berlangsung secara hybrid dari Gedung Sasana Bhakti
Praja (SBP) Kantor Kemendagri, Jakarta, Senin (8/1/2024).
Tito
menyebutkan, inflasi akan lebih terkendali apabila seluruh Pemda bergerak
melakukan upaya pengendalian. Terlebih di awal tahun anggaran, Pemda memiliki
sumber daya untuk melakukan gerakan pangan murah dan Bansos
Selain
menggunakan anggaran reguler, Pemda juga bisa memanfaatkan anggaran Belanja
Tidak Terduga (BTT) dan dana dekonsentrasi yang diberikan kepada provinsi untuk
melakukan gerakan tersebut.
Tito
menegaskan, telah meminta Inspektur Jenderal (Irjen) Kemendagri untuk mengecek
daerah-daerah yang telah melakukan gerakan pangan murah dan menyalurkan Bansos.
Hal ini akan menjadi catatan bagi Kemendagri terhadap kinerja kepala daerah,
termasuk bahan evaluasi untuk penjabat (Pj) kepala daerah.
Ia
menjelaskan, Kemendagri dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) bakal memberikan
dana insentif bagi daerah yang mampu mengendalikan inflasi. Tahun lalu,
Kemendagri bersama Kemenkeu juga telah memberikan dana insentif tersebut kepada
daerah yang dinilai berhasil mengendalikan laju inflasi.
“Total
dana insentif daerah atau sekarang namanya dana insentif fiskal itu besarnya
sebanyak 1 triliun dalam rangka mendorong motivasi daerah untuk mengendalikan
inflasi di daerah masing-masing,” ujarnya.
Tito
menegaskan, capaian pengendalian inflasi secara nasional merupakan agregat dari
upaya pengendalian inflasi yang dilakukan pemerintah pusat dan daerah. Karena
itu, pemerintah daerah perlu aktif melakukan upaya pengendalian inflasi.
Tito
menekankan kepada Pemda agar jangan hanya diam menghadapi tingginya inflasi.
Pemda harus aktif mencari penyebab dan solusinya sehingga inflasi terkendali.
Pemda dapat melakukan pembahasan bersama jajaran staf termasuk melibatkan Forum
Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda).
“Kalau
kurang mengerti juga panggil ahlinya yang dari ekonomi, universitas, segala
macam, untuk membantu menelusuri penyebabnya dan mencari solusinya, supaya
jangan sampai dibacakan terus ini naik terus (inflasinya) dan di atas terus,”
ungkapnya.
Tito
juga membeberkan daerah yang inflasinya masih di atas rerata nasional.
Rinciannya, di tingkat provinsi ada Maluku Utara, Lampung, Gorontalo,
Kalimantan Timur, Jambi, Sumatera Selatan, Daerah Istimewa Yogyakarta,
Bengkulu, Banten, dan Nusa Tenggara Barat.
Kemudian
di tingkat kabupaten yaitu Sumenep, Merauke, Banggai, Buleleng, Kotabaru,
Belitung, Mimika, Sikka, Sumba Timur, dan Kudus. Sementara tingkat kota dengan
inflasi tinggi yakni Ternate, Gorontalo, Balikpapan, Bandar Lampung, Cilegon,
Kotamobagu, Samarinda, Bogor, Tual, dan Tegal.
Sementara
itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung menyiapkan skema operasi pasar
sebagai salah satu upaya untuk menekan laju inflasi yang ada di daerah
setempat.
Sekretaris
Daerah Provinsi Lampung, Fahrizal Darminto mengatakan, jika pihaknya terus
melakukan monitoring terhadap harga beberapa kebutuhan pokok yang cenderung
mengalami kenaikan dan terjadi kelangkaan.
"Monitoring
terus menerus kita lakukan, sehingga kita tahu apa persoalannya. Kalau misal
terjadi kenaikan atau kelangkaan kita mesti mengatasinya," kata Fahrizal,
Senin (8/1/2024).
Fahrizal
mengatakan bahwa kegiatan operasi pasar cukup efektif dalam rangka menekan laju
inflasi.
"Kegiatan
operasi pasar seperti yang kita lakukan sebelumnya untuk komoditas beras medium
dan juga cabai ternyata memang berdampak untuk menekan angka inflasi,"
paparnya.
Fahrizal
mengklaim, angka inflasi di Lampung sudah cukup bagus. Mulai dari year on year
(yoy) di angka 3,47 persen dan jauh lebih bagus jika dibandingkan tahun
sebelumnya di angka 5,51.
"Ini
berkat dukungan dari semua pihak mulai dari kabupaten dan kota serta instansi
vertikal. Kita kerja sama bareng sehingga kita bisa menekan angka inflasi. Dan
berarti ekonomi kita masih oke," jelasnya.
Berdasarkan
data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung, inflasi di akhir tahun
2023 mampu ditekan sebesar 3,47 persen secara (yoy).
Inflasi yoy untuk Kota Bandar Lampung sebesar 3,52
persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 118,66, dan inflasi yoy Kota
Metro sebesar 3,05 persen dengan IHK sebesar 118,60. (*)
Berita ini telah terbit di SKH Kupas Tuntas edisi
Selasa 9 Januari 2023 dengan judul “Angka Inflasi 10 Provinsi di Atas Nasional
Termasuk Lampung”
Berita Lainnya
-
Lampung Matangkan Strategi Menuju Zero ODOL 2027, Siapkan STID di Pelabuhan Panjang
Kamis, 06 November 2025 -
Universitas Teknokrat Indonesia dan AMD Indonesia Gelar AMD Tech Gen 2025: Innovate, Learn, Lead!
Kamis, 06 November 2025 -
Dua Kali Ditunda, Kapal Dalom Kembali Dijadwalkan Beroperasi 11 November 2025
Kamis, 06 November 2025 -
UIN RIL dan Tomsk State University Sepakati Pembentukan Joint Research Laboratory Standar Halal
Kamis, 06 November 2025









