• Jumat, 01 November 2024

Dampak El Nino, Pasokan Air Sulit Petani di Lambar Menjerit

Selasa, 03 Oktober 2023 - 15.30 WIB
190

Tampak sawah di Kabupaten Lampung Barat terdampak kekeringan yang berakibat pada menurunnya hasil panen padi para petani setempat. Foto: Ist

Kupastuntas.co, Lampung Barat - Dampak fenomena El Nino yang terjadi sejak beberapa bulan lalu terus menimbulkan berbagai persoalan, seperti para petani di Kabupaten Lampung Barat mengeluh karena sulit mendapat pasokan air untuk lahan pertanian milik mereka.

Eko, salah seorang petani di Pekon (Desa) Sumber Agung, Kecamatan Suoh mengaku merasakan langsung dampak fenomena El Nino yang sudah terjadi selama tiga bulan terakhir itu, produksi padi miliknya turun drastis.

"Kondisi sawah sekarang aja sudah kering pecah-pecah, dengan kondisi seperti ini tentu berpengaruh terhadap produksi hasil pertanian kami disini, terlebih mayoritas masyarakat bekerja sebagai petani," ujarnya, Selasa (3/10/2023).

Eko, menambahkan El Nino yang terjadi saat ini sangat berdampak terhadap perekonomian masyarakat, dampak kerugian terhadap hasil produksi bisa turun hingga 50 persen dibanding hari sebelum terjadinya El Nino.

"Biasanya saya bisa mendapatkan 20-30 karung padi hasil panen dari seperempat hektar lahan pertanian saya, tetapi sekarang hanya bisa 10-15 karung padi saja sehingga penurunan nya sangat drastis," ujarnya.

Dalam satu karung kata dia beratnya bisa mencapaia 50-60 Kg, para petani kata dia sudah melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasi terjadinya penurunan produksi namun upaya yang dilakukan tidak memberi pengaruh signifikan.

"Petani ngambil air dari aliran Way Semaka untuk dialirkan ke sawah-sawah mereka, ada juga yang berasal dari bendungan buatan dari sungai-sungai kecil itu. cuma kalau di sungai kecil itu banyak yang mengandung zat asam," terangnya.

Eko mengatakan, selama diterjang fenomena El Nino, kini wilayahnya sudah sangat jarang disirami oleh air terkhusus air hujan."Kurang dua bulan lebih sudah tidak turun hujan, pernah turun hujan cuma ya gerimis-gerimis doang," jelasnya.

Bahkan Eko menambahkan, debit sumber air warga untuk kebutuhan sehari-hari pun mulai mengalami penurunan, beberapa pekon yang sudah terdampak penurunan debit air diantaranya Sumber Agung dan Gunung Ratu.

Eko menuturkan, kondisi air milik warga yang memakai sumur bor tersebut kini sudah berbau dan warnanya seperti susu. Hal itu tentunya dapat memengaruhi kualitas air dan akan berdampak terhadap kesehatan masyarakat.

Selain itu, lanjut dia, saat ini pihak pemerintah daerah belum memberikan bantuan untuk meringankan beban masyarakat.

"Kalau sejauh ini belum ada bantuan dari pemerintah. Kemarin katanya mau ada bantuan beras juga, tapi belum ada," tutur dia.

Lebih lanjut, Eko mengatakan, kemarau panjang yang terjadi saat ini merupakan kemarau yang memberikan dampak paling banyak terhadap petani. "Pernah beberapa tahun yang lalu kemarau seperti ini, namun dampak kemarau terparah terjadi di tahun ini," pungkasnya.

Persoalan yang sama juga dikeluhkan para petani sayur di Kecamatan Balik Bukit, Toto salah satu petani sayur yang ada di Pekon Padang Dalom, Kecamatan Balik Bukit, mengatakan akibat El Nino ia kesulitan mendapat air untuk menyiram tanaman.

"Sekarang petani ngakalinnya dengan cara membeli air ke pedagang. Tapi kalau saya alhamdulillah masih pakai kolam. Biasanya mereka para petani itu beli di kisaran harga Rp 12 hingga 15 ribu. Itu untuk satu drum penuh," sambungnya.

Bahkan menurutnya, bukan hanya petani saja yang membeli air, banyak masyarakat sekitar juga sudah membeli air keliling tersebut. Karena masyarakat khususnya masyarakat yang berada di sekitar perkotaan Liwa saat ini sudah mulai kekurangan air akibat kekeringan.

Dirinya juga berharap agar fenomena El Nino ini bisa segera berakhir agar perekonomian masyarakat terkhusus petani bisa kembali stabil. Selain itu menurutnya juga, air merupakan faktor lain yang juga penting dalam usaha peningkatan produksi.

"Karena manfaat air bagi pertanian adalah membantu membasahi tanaman pertanian, membantu menyuburkan tanah pertanian, membantu penyerapan unsur hara tanaman pertanian," tandasnya.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lampung Barat Padang Priyo Utomo sebelumnya mengatakan dalam menghadapi puncak El-Nino yang di prediksi terjadi hingga akhir tahun 2023 itu pihaknya sudah berkoordinasi lintas sektor bersama sejumlah instansi terkait.

"Kita juga berkoordinasi dengan stakholder terkait seperti Disbunnak, Dinas Ketahanan Pangan, DTPH serta instansi vertikal lainnya untuk antisipasi berbagai dampak yang ditimbulkan misalnya untuk menjaga ketersediaan air untuk lahan pertanian ataupun untuk lahan perkebunan," ujarnya.

Bahkan menghadapi kondisi terburuk dampak terjadi nya El-Nino Pemerintah Kabupaten Lampung Barat berencana akan membuat Satgasus yang akan melibatkan berbagai lintas sektor mulai dari Pemkab, TNI Polri hingga instansi terkait lainnya.

"Kami sudah menyampaikan nota dinas rencana tindaklanjut menghadapi situasi terburuk pada saatnya di butuhkan kita akan membuat Satgasus penanganan El-Nino utama nya dampak Karhutla dan Kekeringan," pungkasnya. (*)