• Minggu, 17 November 2024

Pengamat: Gabungnya Demokrat Belum Tentu Menaikkan Elektabilitas Prabowo

Jumat, 22 September 2023 - 18.10 WIB
85

Pengamat politik Universitas Lampung (Unila) Dedi Hermawan. Foto: Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - DPP Demokrat telah menggelar rapat pimpinan nasional (Rapimnas). Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) memastikan Demokrat mendukung Prabowo Subianto sebagai bakal calon presiden (bacapres) 2024.

Rapimnas digelar di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (21/9/2023), mulai pukul 19.00 WIB. 

Tercatat telah bergabung 4 partai pengusung pada koalisi Prabowo yakni Demokrat, Gerindra, Golkar, PAN, serta 2 partai pendukung yaitu Partai Gelora (non-parlemen) serta PBB (non-parlemen).

Menanggapi hal itu pengamat politik Universitas Lampung (Unila) Dedi Hermawan mengatakan, bergabungnya partai berlambang bintang mercy itu belum tentu dapat menaikkan elektabilitas dari eks Danjen Kopasus tahun 1995-1998 itu.

"Pertarungan pilpres ini yang utama ada di figur Presiden dan Wakil Presidennya itu faktor yang kuat, sehingga bergabungnya parpol dalam satu koalisi itu gak terlalu menentukan. Saya berpendapat gabungnya Demokrat ke koalisi Prabowo tidak signifikan untuk elektabilitasnya," ujar Wakil Dekan I Bidang Akademik FISIP Unila itu, Jum'at, (22/9/2023).

Menurutnya, hasil survey elektabilitas harus menjadi dasar. Dengan data kuantitatif dapat menjadi pertimbangan menentukan siapa wakilnya yang paling tepat mendampingi Ketua Umum DPP Gerindra itu, bukan hanya soal koalisi partai yang 'gemuk'.

"Harus diingat juga harus punya basis sosiologis yang kuat yang punya latar belakang seperti NU," tukasnya.

Dedi melanjutkan, siapa Bacawapres pendamping Prabowo harus berdasarkan kepada 2 hal yaitu data kuantitatif survey, serta pertimbangan sosiologis.

"Data survey dan pertimbangan sosiologis figur yang punya akar massa yang kuat terutama di daerah yang jumlah pemilih besar seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur. Jadi dari figur-figur yang punya 2 hal itu," bebernya.

Ia mengatakan, terdapat nama-nama yang mencuat ke publik hasil dari survey seperti Erick Thohir, namun sosok itu dinilai belum memiliki basis akar rumput yang kuat.

"Maka dia harus punya interaksi dengan tokoh-tokohnya, ketika mendapat rekomendasi apakah didukung," katanya.

Menurutnya hasil survey dari lembaga survey cukup akurat membaca peta perpolitikan, sehingga baik itu Prabowo Subianto atau Ganjar Pranowo yang saat ini belum menjatuhkan pilihan Bacawapres maka hasil survey, serta dasar sosiologis harus menjadi  pertimbangan.

"Hasil survey secara umum itu akurat walaupun dilapangan bisa berubah tetapi itukan menjadi barometer," katanya.

Disinggung soal poros koalisi AMIN semenjak dideklarasikan elektabilitas dari pasangan itu masih stabil belum ada peningkatan, maka harus ada evaluasi oleh partai koalisi apakah perlu dilanjutkan atau harus berpindah haluan.

"Itu juga jadi input bagi tim pemenanganya, bagaimana taktik elektabilitasnya. Jadi partai harus punya plan B apakah harus dilanjutkan atau tidak. Kuncinya ada di tim pemenangan," tutupnya.

Terpisah, pengamat politik lain Unila M. Iwan Satriawan mengatakan, meskipun saat ini telah dideklarasikan duet AMIN, hal itu dikemudian hari masih dapat berubah mengingat pendaftaran Bacapres masih 1 bulan kedepan.

"Saya melihat NasDem lagi cek ombak, masih lama pendaftaran itu Oktober. Karena kalau Anies dipasangkan dengan yang lain peringkat ke-3 hasil survenya," ujarnya.

Ia mengatakan bahwa penentu siapa Wakil Anies dalam Pilpres 2024 ditentukan oleh Surya Paloh, bukan semata-mata pilihan dari Anies Rasyid Baswedan.

"Anies ini gak punya pilihan, masih untung mau diusung oleh Surya Paloh. Dia masih bisa pindah ke orang lain. Seandainya Anies-Cak Imin terpilih, ya presidenya Surya Paloh, Anies hanya boneka saja," ujarnya. (*)