Perajin Tempe dan Tahu Keluhkan Minimnya Pasokan Kedelai Lokal

Sutris perajin tempe warga Gununug Sulah Kecamatan Wayhalim Bandar Lampung. Foto: Yudi/Kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Sejumlah perajin tempe di
Bandar Lampung tepatnya di Gununug Sulah Kecamatan Wayhalim, keluhkan minimnya
pasokan kedelai lokal, pasalnya selama ini mereka menggunakan kedelai impor
dari Amerika dan Thailand. Meskipun harganya lebih murah namun dengan kualitas
gizi dan protein yang rendah dibanding kedelai lokal.
Minimnya pasokan kedelai lokal menyebabkan harga jualnya cukup
tinggi yakni Rp20 ribu perkilogram, sejumlah perajin tempe dan tahu memilih kedelai
impor dengan harga yang lebih murah yakni Rp10.200 perkilogram, namun
kualitasnya di bawah kedelai lokal.
Sutris perajin tempe generasi ke-2 dari keluarganya,
mengeluhkan harga kedelai lokal dan memilih menggunakan kedelai impor.
"Untuk mensiasati penjualan saya terpaksa harus mengurangi
ukuran tempe dan memilih kedelai impor, karena kalau mau naikin harga
kemungkinan enggak bisa jadi saya kurangi ukuran tempe nya," kata Sutris
saat di wawancara Kamis (8/06/2023).
Sutris mengaku sebelum wabah Covid-19 di Indonesia, masih
mampu meraup penghasilan yang cukup besar, sebab harga kedelai masih cukup
terjangkau yakni Rp7500.
"Pendapatan saya sebelum Covid-19 Rp5 juta perbulan
namun setelah itu hingga saat ini ia hanya mampu mendapatkan penghasilan Rp3 juta
perbulan," jelasnya.
Diketahui, Menteri Pertanian Sahrul Yasin Limpo, Menteri
Perdagangan Zulkifli Hasan bersama Gubernur Lampung berkunjung ke Pekon (Desa)
Banjarmasin, Kecamatan Bulok, Kabupaten Tanggamus, dalam kegiatan tanam kedelai
Jumat (2/06/23) yang lalu. Hal tersebut sangat didukung oleh pelaku usaha tempe
dan tahu.
"Saya sangat senang mendengar kabar itu dan mendukung
para petani kedelai agar meningkatkan produktivitasnya, sehingga dapat
menghasilkan kedelai dengan skala yang besar, dan dapat memberikan harga jual
yang rendah," tutup Sutris.
Di tempat terpisah, Juki perajin tahu, juga mengatakan hal
yang sama sebab dengan harga kedelai impor tersebut ia pun terpaksa mengurangi
ukuran tahu.
"Masih mahal harganya, jadi ukuran tahu juga enggak
normal seperti dulu, sekarang terpaksa tipis kalau enggak gitu jangan kan
untung nanti malah nombok," terang Juki.
"Harapannya semoga kedepan ada banyak lagi petani yang mau menanam kedelai jadi kita enggak beli produk luar, kualitas lokal juga lebih bergizi, proteinnya lebih tinggi, jadi tidak kalah dengan produk luar," pungkasnya. (*)
Video KUPAS TV : Kades di Tanggamus Nyambi Jadi Bandar Sabu
Berita Lainnya
-
Pelindo Regional 2 Panjang Bersama Bank Syariah Indonesia Gelar Seremoni Ekspor Perdana Green Bean Coffee ke Oman
Selasa, 08 Juli 2025 -
Pemkot Buka SMA Siger Bandar Lampung, Sekolah Gratis untuk Warga Tidak Mampu
Selasa, 08 Juli 2025 -
Dokter Ahli Forensik Ungkap Jenis Luka Tembakan yang Tewaskan Tiga Polisi di Way Kanan
Selasa, 08 Juli 2025 -
Pembangunan GOR Siger Tahap ll Dianggarkan Rp 5 Miliar, Target Rampung Akhir Tahun 2025
Selasa, 08 Juli 2025