• Rabu, 09 Juli 2025

Perajin Tempe dan Tahu Keluhkan Minimnya Pasokan Kedelai Lokal

Kamis, 08 Juni 2023 - 15.57 WIB
184

Sutris perajin tempe warga Gununug Sulah Kecamatan Wayhalim Bandar Lampung. Foto: Yudi/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Sejumlah perajin tempe di Bandar Lampung tepatnya di Gununug Sulah Kecamatan Wayhalim, keluhkan minimnya pasokan kedelai lokal, pasalnya selama ini mereka menggunakan kedelai impor dari Amerika dan Thailand. Meskipun harganya lebih murah namun dengan kualitas gizi dan protein yang rendah dibanding kedelai lokal.

Minimnya pasokan kedelai lokal menyebabkan harga jualnya cukup tinggi yakni Rp20 ribu perkilogram, sejumlah perajin tempe dan tahu memilih kedelai impor dengan harga yang lebih murah yakni Rp10.200 perkilogram, namun kualitasnya di bawah kedelai lokal.

Sutris perajin tempe generasi ke-2 dari keluarganya, mengeluhkan harga kedelai lokal dan memilih menggunakan kedelai impor.

"Untuk mensiasati penjualan saya terpaksa harus mengurangi ukuran tempe dan memilih kedelai impor, karena kalau mau naikin harga kemungkinan enggak bisa jadi saya kurangi ukuran tempe nya," kata Sutris saat di wawancara Kamis (8/06/2023).

Sutris mengaku sebelum wabah Covid-19 di Indonesia, masih mampu meraup penghasilan yang cukup besar, sebab harga kedelai masih cukup terjangkau yakni Rp7500.

"Pendapatan saya sebelum Covid-19 Rp5 juta perbulan namun setelah itu hingga saat ini ia hanya mampu mendapatkan penghasilan Rp3 juta perbulan," jelasnya.

Diketahui, Menteri Pertanian Sahrul Yasin Limpo, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan bersama Gubernur Lampung berkunjung ke Pekon (Desa) Banjarmasin, Kecamatan Bulok, Kabupaten Tanggamus, dalam kegiatan tanam kedelai Jumat (2/06/23) yang lalu. Hal tersebut sangat didukung oleh pelaku usaha tempe dan tahu.

"Saya sangat senang mendengar kabar itu dan mendukung para petani kedelai agar meningkatkan produktivitasnya, sehingga dapat menghasilkan kedelai dengan skala yang besar, dan dapat memberikan harga jual yang rendah," tutup Sutris.

Di tempat terpisah, Juki perajin tahu, juga mengatakan hal yang sama sebab dengan harga kedelai impor tersebut ia pun terpaksa mengurangi ukuran tahu.

"Masih mahal harganya, jadi ukuran tahu juga enggak normal seperti dulu, sekarang terpaksa tipis kalau enggak gitu jangan kan untung nanti malah nombok," terang Juki.

"Harapannya semoga kedepan ada banyak lagi petani yang mau menanam kedelai jadi kita enggak beli produk luar, kualitas lokal juga lebih bergizi, proteinnya lebih tinggi, jadi tidak kalah dengan produk luar," pungkasnya. (*)

Video KUPAS TV : Kades di Tanggamus Nyambi Jadi Bandar Sabu