Sejumlah Fakta Dibalik Tewasnya Pasutri Asal Lampung Korban Dukun Berkedok Pengganda Uang
Kupastuntas.co,
Bandar Lampung - Empat dari 12 korban pembunuhan sadis yang dilakukan dukun
palsu berkedok penggandaan uang, Slamet Tohari alias Mbah Slamet di
Banjarnegara, Jawa Tengah merupakan warga Kabupaten Pesawaran, Lampung. Korban
merupakan 2 pasangan suami istri (Pasutri) yang tergoda untuk menggandakan
uang.
Polisi
mengungkap sejumlah fakta di balik hilangnya kedua pasutri tersebut hingga
akhirnya ditemukan menjadi korban kebengisan Mbah Slamet. Berikut detikSumut
rangkum fakta-faktanya.
1. Diajak
Seseorang
Awalnya
korban bernama Irsad dan Suheri dikenalkan kepada Mbah Slamet oleh seseorang
bernama Kijo, warga Lampung Tengah.
Hal itu
disampaikan Kapolres Pesawaran, AKBP Pratomo Widodo, Kamis (6/4/2023). Pratomo
menjelaskan, korban atas nama Irsad dan Suheri merupakan sahabat. Keduanya
diperkenalkan dengan Mbah Slamet yang dikatakan bisa menggandakan uang oleh
Kijo.
"Dari
hasil keterangan dua pihak keluarga korban ini, mereka dikenalkan dengan Mbah
Slamet dari Kijo, warga Lampung Tengah di pertengahan tahun 2021. Kemudian
mereka diajak ke Padepokan Mbah Slamet di Tulungagung, Jawa Tengah," kata
dia, Kamis (6/4/2023).
2. 2 Kali
Temui Mbah Slamet
Keduanya,
Irsad dan Suheri, yang merupakan sahabat berangkat ke Padepokan Mbah Slamet
pada pertengahan tahun 2021. Usai bertemu Mbah Slamet di Banjarnegara, Irsad
dan Suheri kemudian pulang ke Lampung. Lalu Pada Agustus 2011 keduanya kembali
ke tempat Mbah Slamet dengan membawa istri masing-masing yakni Wahyu Triningsih
istri Irsad dan Riani istri Suheri.
"Agustus
2021, mereka (para korban) berangkat kembali ke Padepokan Mbah Slamet dengan
membawa masing-masing istrinya untuk melakukan penggandaan uang,"
terangnya.
3.
Keluarga Kehilangan Kontak
Usai
berangkat pada Agustus 2021, pihak keluarga mengaku kehilangan kontak dengan
keduanya. Terakhir korban berkomunikasi dengan keluarga pada September 2021 dan
mengatakan akan segera pulang.
"Dari
keterangan pihak keluarga juga, para korban ini sempat menghubungi di bulan
September 2021 bahwa mereka akan pulang ke Lampung. Suheri dan Riani
menghubungi keluarga di tanggal 8 September 2021 sementara Irsad dan Wahyu
Triningsih menghubungi keluarga ditanggal 12 September 2021," ujar
Kapolres.
Usai
kontak terakhir itu, para korban tidak lagi menghubungi pihak keluarga hingga
pihak keluarga mengetahui dari media mereka menjadi korban pembunuhan Mbah
Slamet.
4. Tidak
Mengaku ke Dukun kepada Keluarga
Sebelum
berangkat ke padepokan, kedua pasutri tersebut tidak mengaku berangkat ke Jawa
Tengah untuk bertemu dukun Mbah Slamet untuk menggandakan uang.
Irsad
kepada keluarga mengaku ditawari pekerjaan sebagai pengajar sulam tapis yang
dibayar perjam. Sedangkan Suheri kepada anaknya mengaku mendapat pekerjaan
proyek renovasi rumah.
Abang
kandung Irsyad, Helmi kepada wartawan, Rabu (5/4/2023) mengatakan Irsad sudah
setahun berangkat ke Jawa, katanya ada yang menawarkan pekerjaan sebagai guru
sulam tapis.
"Mereka
sudah setahun lalu meninggalkan rumah, bilangnya ada yang nawarin
kerjaan," kata Helmi.
Sementara
korban Suheri dan Riani kepada keluarganya mengaku berangkat ke Jawa untuk
proyek pembangunan.
"Ayah
waktu itu pamitannya mau ada proyek di sana, ayah kan pemborong. Bilangnya
proyek bangun rumah di Padepokan," kata anak Suheri, Rani, Kamis
(6/4/2023).
5. Mbah
Slamet Ngaku Uang Hasil Ritual Dirampok
Polisi
juga mengungkap dukun pengganda uang Slamet Tohari alias Mbah Slamet menipu
para korbannya termasuk 2 pasutri asal Lampung dengan mengklaim ritual
penggandaan uang berhasil namun uang tersebut dirampok.
"Dalam
kronologi peristiwa sebelum 4 korban yakni Irsad dan Wahyu Triningsih serta
Suheri dan Riani dibunuh. Pelaku ini mengklaim bahwa ritualnya berhasil, namun
uang tersebut dirampok. Kabar itu disampaikan oleh korban Suheri kepada korban
Irsad, itu terjadi di bulan April 2021," kata Kabid Humas Polda Lampung,
Kombes Zahwani Pandra Arsyad, Jumat (7/4/2023).
6. Gadai
Mobil untuk Penggandaan Uang
Pasangan
Suheri dan Riani pun sampai rela menggadaikan mobil mereka untuk bertemu dengan
Mbah Slamet. Uang hasil penggadaian mobil itu lalu dibawa ke padepokan untuk
digandakan.
Kabid
Humas Polda Lampung, Kombes Zahwani Pandra Arsyad mengatakan penggadaian mobil
itu terjadi di tanggal 25 Juli 2021.
"Korban
Suheri ini menggadaikan mobil ditanggal 25 Juli 2021. Mobil itu digadaikan
dengan harga Rp. 15 Juta, uang itu kemudian dibawanya ke Padepokan di Tulung
Agung, Jawa Tengah untuk bertemu dengan Slamet Tohari alias Mbah Slamet,"
katanya.
Kemudian,
Suheri bersama istrinya Riani berpamitan kepada putri sulungnya untuk berangkat
ke Padepokan dengan berdalih ada pekerjaan proyek pembangunan rumah milik Mbah
Slamet.
"Pasangan
Suami Istri ini kemudian berangkat ke Padepokan setelah berpamitan dengan
anaknya. Suheri mengatakan kepada sang anak ada pekerjaan proyek bangun rumah
di Padepokan Mbah Slamet," ujar Pandra.
7.
Keluarga Berangkat ke Banjarnegara
Keluarga
kedua pasutri korban pembunuhan oleh dukun palsu pengganda uang, Mbah Slamet
itu pun bertolak ke Polres Banjarnegara untuk melakukan tes DNA. Keberangkatan
keluarga didampingi oleh personel Polres Pesawaran.
Kombes
Zahwani Pandra Arsyad mengatakan Polda Lampung melalui Polres Pesawaran akan
mendampingi keluarga para korban pembunuhan Mbah Slamet.
"Rencananya,
para keluarga yang berangkat ini untuk melaksanakan tesDNA guna kecocokan data
ante mortem pada TimDVIDokpolBiddokkes Polda Jateng guna mencocokkan dengan
jenazah," terangPandra, Kamis (6/4/2023). (Detik)
Berita Lainnya
-
Perkuat Peran Penyuluh, Kementerian Pertanian Resmikan BPP di Pesawaran
Senin, 18 November 2024 -
Para Pedagang Pasar Kedondong Siap Menangkan Nanda – Antonius di Pilkada Pesawaran
Sabtu, 16 November 2024 -
MK Tolak Uji Materi Penyediaan Kotak Kosong di Pilkada Seluruh Daerah
Sabtu, 16 November 2024 -
Kemendagri Resmi Larang Kepala Daerah Sebar Bansos Jelang Pilkada
Kamis, 14 November 2024