• Rabu, 30 Oktober 2024

Sempat Tak Mempan Dibius, Kawanan Gajah Liar di Lambar Akhirnya Berhasil Dipasang GPS Collar

Kamis, 30 Maret 2023 - 14.05 WIB
145

Petugas gabungan saat memasang GPS Collar di gajah liar yang ada di di Pekon (Desa) Sukamarga, Kecamatan Suoh Rabu (29/03/2023) kemarin. Foto: Ist

Kupastuntas.co, Lampung Barat - Sempat tertunda, pemasangan GPS Collar untuk kawanan gajah liar kelompok jambul akhirnya berhasil dilakukan oleh satuan tugas (Satgas) konflik gajah bersama tim gabungan yang dilakukan di Pekon (Desa) Sukamarga, Kecamatan Suoh Rabu (29/03/2023) kemarin.

Kepala SPTN Wilayah lll Krui, Maris Feriyadi menyampaikan bahwa pemasangan GPS Collar bagi kawanan gajah liar itu melibatkan Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (BBTNBBS), Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Bengkulu, Mitra Repong Indonesia, PILI, WCS dan YABI.

Feri mengatakan bahwa pemasangan GPS Collar pada kawanan gajah tersebut dilakukan agar memberikan kontribusi yang positif sebagai upaya mitigasi interaksi negatif manusia dan gajah liar di wilayah kerja SPTN Wilayah III Krui, khususnya di Resort Suoh dan sekitarnya.

Karena menurutnya, walaupun sebelumnya sudah terpasang GPS Collar pada Kelompok Bunga, Kelompok Jambul saat ini merupakan kelompok yang sangat menyulitkan satgas di lapangan sehingga perlu dilakukan upaya lanjutan untuk bisa memantau kondisi kedua kelompok gajah itu.

"Karena terkadang kelompok jambul ini suka bergabung dan berpisah dengan kelompok bunga sehingga menyulitkan petugas untuk memantau pergerakan mereka, oleh karena itu dengan adanya pemasangan GPS Collar kedua ini di harapkan bisa lebih memudahkan petugas dalam memantau kedua kelompok kawanan gajah liar ini," ujarnya saat di hubungi, Kamis (30/03/2023).

Sementara itu Dokter Hewan yang tergabung di dalam tim, drh Erni Suyanti mengatakan, pemasangan GPS Collar pada hari pertama dilakukan pada Selasa (28/9/2023) namun terdapat kendala yang di hadapi sehingga pemasangan sempat tertunda dan kembali di lanjutkan pada Rabu (29/03/2023).

"Karena pada pemasangan hari pertama itu obat bius yang disuntikkan ke tubuh gajah tidak merespon bahkan bius yang disuntikan sudah sebanyak 3 kali sehingga gajah yang akan di pasangkan GPS Collar itu tidak bisa dikendalikan karena efek obat bius yang tidak bekerja secara maksimal," kata dia.

Obat bius yang digunakan untuk melumpuhkan kawanan gajah liar itu kata dia menggunakan dosis jenis anesthesi yang merupakan kombinasi obat Xylazine dan Ketamine HCI, kemudian ditambah dengan dosis suplement kombinasi obat yang sama.

"Karena pada saat pembiusan mungkin ada gangguan dari kawanan gajah yang lain sehingga kondisi jadi tidak kondusif dan target sasaran tidak merespon reaksi obat bius yang di suntikkan karena keberhasilan bius itu juga ditentukan dengan kondisi lingkungan yang tenang tanpa ada nya gangguan dari kawanan yang lain," tambahnya.

Kemudian setelah proses pembiusan berhasil dilakukan berdasarkan hasil pengukuran (morfometri) tubuh gajah oleh tim medis, gajah yang dipasang GPS Collar memiliki berat badan 3.189 kg, tinggi bahu 223 cm, lingkar dada 382 cm, dan diberi nama Ramadhani.

Setelah itu pihaknya langsung melakukan koleksi sampel darah untuk tujuan pemeriksaan DNA, hematologi dan kimia darah untuk mengetahui kondisi kesehatan secara umum.

"Kita juga sudah melakukan penyuntikan antibiotik long acting untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder pada bekas tembak bius, penyuntikan obat anti stress dan untuk memperkuat daya tahan tubuh sehingga secepatnya kondisi gajah akan kembali normal," pungkasnya.

Sementara itu Plt Kepala Balai Besar TNBBS, Ismanto mengapresiasi kerja keras para tim di lapangan yang sudah berhasil memasangkan GPS Collar untuk gajah liar Kelompok Jambul. Ia mengatakan, meski dilakukan pada bulan Ramadhan, tim tetap bersemangat dan pantang menyerah dalam melakukan upaya pemasangan GPS Collar ini.

"Kami tentu sangat menyampaikan rasa terimakasih kepada seluruh tim yang telah terlibat membantu hingga terpasangnya GPS Collar ini, karena tentu butuh pengorbanan yang luar biasa, terlebih petugas sedang menjalankan ibadah puasa sehingga dengan kondisi topografi kawasan TNBBS tentu sangat menguras tenaga," kata dia. (*)