Kadar Oksigen di Danau Ranau Berangsur Normal, Total Ikan Mati Mencapai 250 Ton

Kondisi ikan yang mati di perairan Danau Ranau, Pekon Kagungan Kecamatan Lumbok Seminung, Kamis (12/01/2023). Foto: Dok
Kupastuntas.co,
Lampung Barat - Dinas Perikanan (Diskan) Kabupaten Lampung Barat mencatat
jumlah ikan budidaya keramba jaring apung (KJA) yang terdampak fenomena
'Mentilehan' di perairan Danau Ranau, Pekon (Desa) Kagungan Kecamatan Lumbok
Seminung bertambah menjadi sebanyak 250 ton dengan estimasi kerugian mencapai
Rp6.250.000.000.
Kepala Dinas Perikanan
Perikanan Lampung Barat Kamaludin mengatakan data tersebut diperoleh dari tim
yang telah diturunkan untuk meninjau langsung kondisi terkini perairan danau
ranau yang sejak beberapa pekan terakhir mengalami fenomena alam yang
mengakibatkan ikan budidaya di perairan setempat mati mendadak.
"Alhamdulilah
untuk saat ini kondisi kadar oksigen di perairan Danau Ranau mulai berangsur
normal saat ini kadar oksigen sudah di atas 3 dari sebelumnya yang bahkan dibawah
1 mg/L dan mudah-mudahan fenomena ini
bisa berakhir dan kondisi perairan Danau Ranau bisa normal kembali," kata
Kamaludin saat di wawancara, Senin (16/01/2023).
Kamaludin menambahkan
bahwa kondisi perairan Danau Ranau yang mulai stabil terjadi sejak Sabtu
(14/01/2023) lalu, bahkan berdasarkan pantauan pihaknya hari ini sudah tidak
ada lagi ikan yang ditemukan mati mendadak disebabkan fenomena tersebut,
sehingga pihaknya berharap agar jumlah ikan yang mati itu tidak lagi bertambah.
Kamaludin melanjutkan
berdasarkan data yang diperoleh diperairan setempat setidaknya ada sebanyak 150
pembudidaya ikan keramba jaring apung yang terdampak dan menggantungkan hidup
mereka di perairan Danau Ranau tersebut dan permodalan mereka mayoritas di
danai oleh biaya perbankan.
"Oleh karena itu
kita dari Dinas akan memfasilitasi para pembudidaya agar diberikan keringanan
waktu pengembalian oleh perbankan, kita tinggal menunggu waktu untuk bisa
berkoordinasi dengan pihak perbankan dan tim juga masih melakukan pendataan terhadap
pembudidaya yang terdampak secara langsung," ujarnya.
Kamaludin mengatakan
bahwa Lumbok Seminung merupakan wilayah yang terkenal sebagai sentra ikan nila
di Lambar, produksi ikan nila di Lumbok itu dalam setahun bisa mencapai 6000
ton dengan penjualan ke berbagai daerah seperti Sumatera Selatan, Jakarta dan
Surabaya namun tidak sedikit yang di pasarkan di Provinsi Lampung saja.
Sementara ini kata
Kamaludin untuk bangkai ikan yang mati oleh warga setempat di olah sebagai
pupuk dan pakan ikan lele dan patin, pengolahan bangkai ikan nila tersebut
sebagai pupuk dan pakan ikan dinilai lebih efisien dan memiliki manfaat
sehingga tidak akan berpengaruh terhadap lingkungan perairan setempat. (*)
Berita Lainnya
-
Wabup Lampung Barat Dorong Sinergi Pengawasan Ormas untuk Stabilitas dan Iklim Investasi
Selasa, 21 Oktober 2025 -
Festival Kolaboratif Wujud Sinergi Guru, Siswa dan Orang Tua Bangun Generasi Emas di Lampung Barat
Senin, 20 Oktober 2025 -
Cahaya PLN dan Mimpi Baru dari Ujung Lampung Barat
Senin, 20 Oktober 2025 -
Belasan Gajah Liar Dekati Pemukiman, Warga Suoh Diminta Waspada
Senin, 20 Oktober 2025