• Selasa, 29 Oktober 2024

Ikan Mati Mendadak di Lambar Bertambah, Kerugian Capai Rp 1 Miliar

Kamis, 12 Januari 2023 - 12.53 WIB
638

Kondisi ikan yang mati di perairan Danau Ranau, Pekon Kagungan Kecamatan Lumbok Seminung, Kamis (12/01/2023). Foto: Echa/kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Lampung Barat - Jumlah ikan yang mati akibat terdampak fenomena alam yang biasa disebut Mentilehan di perairan Danau Ranau Pekon Kagungan, Kecamatan Lumbok Seminung, Kabupaten Lampung Barat (Lambar) terus bertambah. Tercatat hingga hari ini jumlah ikan yang mati kurang lebih 30-40 ton dengan estimasi kerugian mencapai Rp1 Miliar.

Reza Pahlevi, salah seorang pembudidaya ikan, mengaku belum bisa memastikan jumlah pasti ikan yang mati, perkiraan sementara 30-40 ton. Hal tersebut berdasarkan jumlah perkiraan terhadap sejumlah petani yang terdampak fenomena itu.

"Contoh tadi punya saudara Hariyadi saja sebanyak 7 sampai 8 ton, sementara sampai saat ini ada empat sampai lima keramba jadi jelas itu sampai puluhan ton," kata Reza, saat ditemuai kupastuntas.co, Kamis (12/01/2023).

Untuk estimasi kerugian lanjutnya, jika dikalkulasikan kurang lebih mencapai Rp1 Miliar dengan asumsi harga jual Rp25.000 per Kg dengan asumsi jumlah ikan yang terdampak kurang lebih sebanyak 40 ton dan berpotensi terus bertambah jika fenomena ini terus terjadi. Fenomena tersebut sudah berlangsung sepekan lebih dan menjadi fenomena terlama yang terjadi sejak 5 tahun terakhir.

"Pernah terjadi pada tahun 2017. Biasanya ini terjadi satu hari sampai tiga hari, tetapi pada tahun ini sudah sepuluh hari lebih, tetapi memang tensinya naik turun, artinya kadar belerangnya naik turun," lanjutnya.

Baca juga : Belasan Ton Ikan Mati Mendadak di Lambar, Pemilik Rugi Ratusan Juta

Untuk sampah ikan yang sudah tidak dapat dikonsumsi, dimanfaatkan untuk pakan ikan lele dan patin yang ada di wilayah setempat. Namun meskipun begitu pakan yang diberikan tidak akan berdampak terhadap ikan lele dan patin.

Reza berharap kepada pemerintah bisa memberikan solusi terhadap permasalahan yang terjadi dan bisa memfasilitasi agar berkoordinasi kepada pihak Perbankan untuk diberikan keringanan dalam pengembalian dana pinjaman, sebab mayoritas para pembudidaya memanfaatkan pembiayaan dari Perbankan.

Sementara Kepala Dinas Perikanan (Diskan) Lampung Barat, Kamaludin mengatakan, pihaknya sudah meninjau dan melakukan koordinasi kepada pembudidaya yang terdampak fenomena alam yang sedang terjadi saat ini.

"Berdasarkan informasi yang didapat, fenomena tahun ini lebih parah dari fenomena yang terjadi pada tahun 2017 silam," ungkap Kamaludin.

Disinggung mengenai ikan yang terdampak fenomena tersebut, Kamaludin mengatakan, ada dua jenis ikan, pertama yang masih aman di konsumsi dan yang tidak bisa di konsumsi. Untuk yang masih bisa dikonsumsi yaitu ikan yang memang belum mengeluarkan bau tidak sedap khas blerang. Sedangkan ikan yang tidak bisa dikonsumsi yaitu ikan yang sudah satu jam mengapung di permukaan.

Kamaludin mengungkapkan jika Pemerintah Kabupaten Lampung Barat siap memfasilitasi para pembudidaya yang menggunakan pembiayaan Perbankan, untuk diberikan keringanan waktu pengembalian, sehingga para pembudidaya tidak merasa terbebani.

"Kemudian untuk program dinas jika memang dana nya mencukupi pada tahun 2024 mendatang, kita akan berikan bantuan berupa alkon dan alat alat blower benih bahkan pakan ikan," pungkasnya.

Berdasarkan pantauan Kupastuntas.co di lokasi, pihak Dinas Lingkungan Hidup juga telah mengambil sample untuk melakukan untuk melihat parameter Kimia seperti kadar oksigen dalam air dan Parameter Fisika.

"Sample nya kita bawa dulu ke lab baru bisa keluar hasilnya," kata salah satu petugas. (*)


Video KUPAS TV : Ikon Lampung Tanah Lada Nyaris Tinggal Kenangan