Puluhan Tahun Nyeberang Pakai Rakit, Warga BNS Lambar Minta Dibangunkan Jembatan
Kupastuntas.co, Lampung Barat - Sudah puluhan tahun
masyarakat di Pekon (Desa) Tri Mekar Jaya dan Gunung Ratu Kecamatan Bandar
Negeri Suoh (BNS) menggunakan rakit yang terbuat dari bambu sebagai sarana
transportasi untuk menjalankan aktivitas sehari-hari, kamis (15/12/2022).
Alat transportasi tradisional tersebut digunakan warga untuk
menyebrangi aliran sungai Way Semaka yang menghubungkan Pekon Gunung Ratu dan
Tri Mekar Jaya Kecamatan BNS, kondisi tersebut sudah berlangsung sejak tahun
1994 pasca gempa yang terjadi di Lampung Barat.
Joko warga setempat sekaligus Pemangku Kalimenong Selatan,
Pekon Gunung Ratu, Kecamatan F BNS menceritakan awal mula di bangun nya rakit
untuk penyebrangan warga itu ketika terjadinya perpindahan aliran sungai Way
Semaka tahun 1994 silam akibat gempa.
Gempa yang terjadi mengakibatkan wilayah setempat diterjang
banjir besar hingga terjadi pergeseran aliran sungai Way Semaka yang tadinya
masih dalam wilayah Kecamatan Belalau hingga akhirnya terjadi pemekaran
Kecamatan Bandar Negeri Suoh dan Kecamatan Suoh.
"Dulu ini masih Kecamatan Belalau belum ada Kecamatan
sini, terus muncul Kecamatan Suoh dan mekar lagi menjadi Kecamatan Bandar
Negeri Suoh jadi rakit ini menjadi transportasi penghubung Pekon Gunung Ratu
dan Tri Mekar Jaya di Bandar Negeri Suoh ini," ujarnya.
Joko menjelaskan sebenarnya pemerintah Kabupaten Lampung
Barat telah membangun jembatan untuk menghubungkan Kecamatan Suoh dan Bandar
Negeri Suoh pada tahun 2015 lalu, namun masyarakat masih banyak yang
menggunakan rakit untuk menyebrang hingga sekarang.
Sebab pasalnya jembatan tersebut bukan menghubungkan Pekon
Gunung Ratu dan Tri Mekar Jaya tetapi menghubungkan Pekon Gunung Ratu dengan
Pekon Suoh Kecamatan Bandar Negeri Suoh sehingga akan memakan banyak waktu jika
menyebrangi jembatan.
"Khususnya bagi warga Pekon Tri Mekar Jaya tentu akan
lebih memakan waktu karena harus melewati Pekon Suoh terlebih dahulu untuk
sampai ke Pekon Tri Mekar Jaya, karena itu masyarakat lebih memanfaatkan rakit
untuk menyebrang karena dinilai lebih efisien," ujarnya.
Terlebih saat hendak menjual hasil pertanian petani lebih
sering menggunakan rakit di banding menyebrangi jembatan sebab waktu tempuh dan
biaya yang dikeluarkan lebih murah jika harus melintasi jembatan di samping
mempertahankan sejarah dari pada rakit itu sendiri.
"Penyebrangan rakit ini tetap di pertahankan agar
menjadi bukti sejarah bahwa dahulu rakit ini menjadi transportasi utama dalam
menyebrangi aliran sungai Way Semaka bagi masyarakat disini seperti kata Ir
Soekarno Jasmerah (Jangan Sekali-kali melupakan sejarah)," kata Joko.
Joko melanjutkan pengendara roda dua yang hendak menyebrang
menggunakan rakit cukup membayar biaya sebesar Rp2000, sedangkan untuk
penyebrangan orang dan barang biasanya di bayar menggunakan hasil panen padi
yang diberikan kepada pengemudi rakit.
Kendala yang di alami selama ini adalah ketika musim hujan
tiba, sebab jika aliran sungai tersebut banjir rakit yang digunakan untuk
penyebrangan seringkali hilang dan terbawa arus banjir sehingga harus membuat
rakit yang baru untuk penyebrangan.
Joko pun berharap mewakili pemerintah Pekon Gunung Ratu agar
pemerintah dapat membangun jembatan di lokasi tersebut meskipun hanya sebatas
jembatan gantung, sebab akses tersebut merupakan jalur alternatif sebagai jalan
pintas bagi warga Gunung Ratu dan Tri Mekar Jaya.
Meskipun telah beberapa kali di usulkan dalam Musrenbang
Pekon hingga Kecamatan namun hingga saat ini belum di setujui, kendati demikian
pihaknya memaklumi sebab masih banyak pembangunan prioritas yang tentunya harus
lebih di dahulukan.
"Mungkin usulan kita belum bisa direalisasikan karena
Pemkab Lampung Barat harus memprioritaskan anggaran nya untuk pembangunan yang
lebih penting dan lebih bisa di rasakan manfaatnya oleh masyarakat,"
pungkasnya.
Sementara itu Aryo warga Pekon Tri Mekar Jaya menyampaikan
harapan yang sama seperti yang di sampaikan Joko, sebab menurutnya masyarakat
sangat membutuhkan pembangunan jembatan di lokasi tersebut untuk menjalankan
aktifitas serta menjual hasil pertanian.
"Kami selaku warga Pekon Tri Mekar Jaya berharap agar
pembangunan jembatan di tempat kami bisa direalisasikan meskipun hanya sebatas
jembatan gantung," singkatnya. (*)
Berita Lainnya
-
Warga Suoh Dengar Suara Harimau, Tim Gabungan Intensifkan Pencarian
Senin, 28 Oktober 2024 -
172 Pengendara Ditilang Selama Operasi Zebra Krakatau Lampung Barat
Senin, 28 Oktober 2024 -
Parosil Mabsus Janji Tambah Bantuan Tas Sekolah Gratis Bagi Pelajar
Sabtu, 26 Oktober 2024 -
Menang Pilkada Lambar 2024, Parosil-Mad Hasnurin Programkan Sekolah Kopi Masuk Desa
Rabu, 23 Oktober 2024