• Rabu, 06 November 2024

Berita Media Online Harus Cepat, Tepat dan Akurat, Terus Berinovasi Ikuti Perkembangan Teknologi

Jumat, 16 September 2022 - 08.07 WIB
542

Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Lampung, Wirahadi Kusuma, Ketua Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Provinsi Lampung, Donny Irawan. Foto : ist.

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Berita media online harus cepat, tepat dan akurat jika ingin menjadi rujukan masyarakat di Provinsi Lampung. Karena itu, wartawan harus memiliki kompetensi.

Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Lampung, Wirahadi Kusuma, mengungkapkan media online di daerah harus mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman agar bisa terus berkembang.

"Salah satunya itu seperti memperluas jaringan media sosial. Jadi memanfaatkan semua platform media sosial untuk melakukan persebaran berita sehingga media online di Lampung bisa dijadikan pilihan utama oleh pembaca," kata Wira, Kamis (15/9).

Wira mengatakan, media online juga harus bisa menyuguhkan liputan investigasi dan membedah berita secara komprehensif untuk menyajikan informasi yang tidak hanya penting tapi juga menarik.

"Karena jika kita hanya mengutamakan yang penting, maka ini bisa tersaingi oleh media lain. Jurnalis modern tidak hanya menyajikan yang penting tapi juga harus menarik. Karena yang penting sudah ada di media yang lain. Tapi yang menarik belum tentu," kata Wira.

Wira berpesan, media online di Lampung harus mampu menjaga marwah jurnalis dengan meningkatkan kualitas karya jurnalistik dan tidak hanya mengandalkan press rilis.

Pemilik perusahaan harus membekali wartawan dengan ilmu untuk bisa beradaptasi dengan perkembangan zaman. Media online harus paham aturan dalam bermedia untuk menghasilkan karya jurnalistik bermutu. Sehingga jurnalis yang baik harus terus belajar dan tidak  mudah berpuas diri.

Selain itu, wartawan juga harus multitasking dan bisa menjadi konten kreator yang tidak hanya bisa menulis berita, namun juga ikut menyebarluaskan. “Ekslusif memang sulit, tapi siapa yang lebih dulu menyebarluaskan maka akan menjadi rujukan pembaca," ujarnya.

Ketua Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Provinsi Lampung, Donny Irawan, mengatakan media online harus bisa menciptakan pangsa pasar sendiri agar bisa berkembang. Jangan hanya mengandalkan ‘kue’ dari pemerintah dalam bentuk MoU atau kerjasama.

Donny menjelaskan, saat ini banyak media online di Lampung hanya mengikuti arus dengan mengandalkan anggaran dari pemerintah untuk bertahan hidup.

“Mereka (Media Online) hanya tunduk dan mengikuti kepentingan pemerintah. Seperti hanya menyajikan berita seremonial dari pemerintah, sehingga susah untuk berkembang,” ujar Donny.

Ia berharap, kedepan media online di Lampung harus semakin kreatif.  Media online harus melawan arus, dan tidak tergantung kepada pemerintah.

“Misalnya seperti menggarap tema seperti otomotif, ekonomi. Bahkan ada media online yang khusus menyajikan rubrik olahraga. Sehingga bisa ciptakan pangsa pasar baru,” terangnya.

Donny melanjutkan, sebagian besar pemilik media online di Lampung sebelumnya menjadi wartawan. Ia meminta pemilik media online mengubah mindset dan mentalnya menjadi seperti pengusaha.

“Mindset harus berubah, jangan berpikir cara konvensional lagi, mereka harus mengikuti perkembangan zaman. Jurnalis media online harus lebih kreatif,” imbuhnya.

Kabid Humas Polda Lampung, Kombes Pol Zahwani Pandra Arsyad, menyarankan agar media-media online saat ini jangan hanya lebih mementingkan kecepatan namun tanpa konfirmasi terlebih dahulu. "Itu yang kami rasakan dan salah satu kekurangan serta kelemahan media online sekarang ini," kata Pandra.

Pandra meminta setiap berita yang diterbitkan harus ada chek dan richek terlebih dahulu ke narasumber agar bisa dipastikan kebenaran informasi tersebut. Pembenahan itu yang harus dilakukan oleh media-media online di Lampung.

"Jadi prinsipnya berita itu harus cepat, tepat dan akurat. Jangan berita itu hanya cepat tapi belum tentu tepat. Tepat juga belum tentu akurat. Jadi pastikan dan konfirmasi dulu ke narasumber supaya pemberitaannya tidak terjadi simpang siur," kata Pandra.

Pandra juga menyayangkan masih banyaknya jurnalis dalam menulis berita hanya main jiplak atau copy paste dari media lain. Hal tersebut terjadi karena masih kurangnya kompetensi sang jurnalis. "Saya pernah melihat dan terkadang rilis dari Polda Lampung itu benar-benar dijiplak habis," ucapnya.

Menurut Pandra, jurnalis yang memiliki kompetensi tentu tidak akan menjiplak berita dari media lain. Jika wartawan memiliki kompetensi pasti mampu menyajikan berita sesuai kemampuannya khususnya dalam menganalisa berita yang didapat.

Pandra mengungkapkan, media online saat ini sudah bisa dijadikan rujukan masyarakat tapi harus diimbangi dengan kompetensi yang harus dimiliki oleh si jurnalis. “Pentingnya uji kompetensi itukan agar awak media menjadi lebih kompeten,” ungkapnya.

Pandra menerangkan, Uji Kompetensi Wartawan (UKW) sangat penting dilakukan untuk mengimbangi kemajuan teknologi. Sehingga wartawan bisa profesional dalam bekerja.

Pengamat Komunikasi dari Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung (UIN RIL), Prof. Khomsahrial Romli, mengatakan menjamurnya portal media online di Provinsi Lampung saat ini, belum menjadi jaminan bisa jadi rujukan masyarakat. “Hanya beberapa media online yang bisa jadi rujukan yakni portal berita online yang ternama dikenal masyarakat,” ujar Khomsahrial.

Selain itu, kebanyakan berita yang disajikan media online sama baik dari struktur tulisan maupun bahasanya. “Sudah akurat cuma hampir mirip semua beritanya seolah menjiplak dan kurangnya gaya bahasa,” kritik Khomsahrial.

Khomsahrial mengungkapkan, topik pembahasan berita di media online terkadang belum mendalam sehingga masih menimbulkan pertanyaan di publik. Dampaknya, pembaca dibuat penasaran dengan kelanjutan berita tersebut.

Ia menyarankan, jurnalis harus memahami terlebih dahulu persoalan yang akan dimuat dalam berita agar bisa lebih fokus. Yang tak kalah penting adalah sebuah berita harus cover both side atau berimbang.

Khomsahrial menuturkan, media online harus terus melakukan inovasi mengikuti perkembangan teknologi yang begitu pesat. Ketika media online tertinggal melakukan inovasi, maka siap-siap ditinggal pembacanya.

"Cakupan media online ini sangat luas dan cepat sekali. Peristiwa yang terjadi bisa langsung dikabarkan. Sementara jika media cetak harus menunggu esok hari untuk terbit dan sampai ke pembaca," ujar dia.

Supaya bisa tetap eksis lanjut Khomsahrial, perusahaan pers jangan hanya fokus mengelola satu media. Namun harus melakukan ekspansi usaha mulai dari koran, televisi, radio hingga online. 

Dia memprediksi, pada tahun 2035 mendatang media cetak akan hilang. Sehingga perusahaan media massa sejak saat ini harus membuat banyak platform media massa digital karena memiliki pangsa pasar  menjanjikan.

Ia juga meminta perusahaan media massa meningkatkan sumber daya manusia (SDM) khususnya jurnalis, sehingga bisa menyajikan informasi yang tetap disukai para pembaca. (*)

Editor :