• Selasa, 08 Juli 2025

Soal Fenomena Bunuh Diri yang Terjadi di Pringsewu, Begini Tanggapan Psikolog

Kamis, 15 September 2022 - 12.11 WIB
356

Salah satu psikolog di Pringsewu Lina Madila Amir, saat dimintai keterangan.

Kupastuntas.co, Pringsewu - Fenomena bunuh diri tentu menjadi hal miris dan sangat disayangkan, hal ini pun perlu menjadi atensi dari semua pihak agar tidak  ada lagi peristiwa serupa terjadi di sekitar kita.

Mengenai masalah ini, salah satu Psikolog sekaligus founder Biro Konsultasi Psikolog Hijau di Kabupaten Pringsewu yakni Lina Madila Amir (41) turut angkat bicara atas kasus bunuh diri yang belakang terjadi di Pringsewu. 

Lina sapaanya mengaku prihatin dan menganggap kejadian bunuh diri sebagai hal yang mengkhawatirkan. Apalagi  serentetan kasus orang bunuh diri yang terjadi salah satunya dilakukan oleh seorang pelajar SMP yang terjadi beberapa waktu lalu, dan hal ini sangatlah disayangkan. 

Menurut sang Psikolog, tindakan bunuh diri dipicu oleh berbagai faktor diantaranya seperti depresi, merasa sendiri, dan tidak ada tempat bagi pelaku untuk menceritakan masalah hidup yang dihadapinya. 

"Karena mereka tidak bisa cerita, bingung tidak ada tempat untuk cerita, atau merasa sendiri, dan itu salah satu faktor yang dapat mendorong seseorang nekat melakukan tindakan bunuh diri," ujar Lina, Kamis (15/9/2022). 

Disampaikannya, bahwa bunuh diri merupakan tindakan yang direncanakan oleh yang orang yang bersangkutan. Sebelum seseorang benar-benar melakukan hal tersebut, pastilah mereka akan menyiapkan segala keperluan yang akan dipakainya untuk mengakhiri hidup dengan cara yang mereka pilih apakah dengan meneguk cairan racun, menggantung diri atau lainnya. 

Lina juga mengatakan bahwa semua orang memiliki potensi untuk melakukan bunuh diri  dengan berbagai alasan yang melatarbelakanginya. Oleh karenanya,  penting untuk menceritakan masalah yang dihadapi baik kepada keluarga, ataupun lingkungan yang dapat dipercaya. 

Tindakan bunuh diri juga dapat dicegah apabila ada "awarness" atau kesadaran/kepekaan oleh orang sekitar terhadap lingkungan sekitarnya. 

"Bunuh diri dapat dilakukan oleh semua orang, dan semua punya potensi untuk melakukannya. Orang yang akan bunuh diri biasanya dapat diketahui dari perubahan perilaku dan emosi seperti tiba-tiba menjadi pemurung, merenung, maupun merasa putus asa," katanya. 

"Disinilah orang terdekat harus peka dengan kondisi tersebut, apabila ada keluarga atau teman kita menunjukan perilaku yang tidak seperti biasa hampiri dia, ajak bicara, karena mungkin saja orang tersebut sedang ada masalah dan bingung untuk menceritakannya. Sebab itu kita harus peka dengan kondisi orang disekitar kita," Jelasnya. 

Sebagai upaya dalam mencegah fenomena bunuh diri, ia menitipkan beberapa pesan pada semua masyarakat agar dapat terhindar dari perbuatan tersebut seperti  lebih bijak dalam menggunakan gawai maupun media sosial. 

"Lalu untuk masyarakat terutama milenial harus lebih bijak dalam memakai smartphone, cari informasi dari sumber atau orang yang tepat, jangan letih untuk terus belajar, dan yang terpenting jangan asal lakukan self-diagnosis atau mendiagnosa diri sendiri, kalau merasa diri ini memiliki masalah ceritakan dan kalau dirasa perlu pergi ke psikolog," imbaunya. (*)

Editor :