64 Persen Sampah Plastik di Pulau Pasaran Berpotensi Cemari Perairan dan Daratan

Diskusi publik dalam acara Sakai Sambayan Lawan Isu Sampah yang Tak Terolah di Ballrom Hotel Yunna, Senin (12/9/2022). Foto: Ria/Kupastuntas.co
Kupastuntas.co,
Bandar Lampung - Daerah Pulau Pasaran yang berada di Kecamatan Teluk Betung
Barat, Kota Bandar Lampung, mampu menghasilkan setidaknya 149 ribu kilogram
sampah pertahun.
Jumlah
sampah tersebut 64 persen diantaranya merupakan residu plastik yang berasal
dari sampah rumah tangga dan berpotensi besar dapat mencemari perairan dan
daratan Pulau Pasaran.
Chairwoman
Yayasan Anak Bangsa Bisa (YABB), Monica Oudang, mengungkapkan jika keterbatasan
akses yang dialami masyarakat serta kurangnya edukasi tentang pentingnya
pengurangan dan pengolahan sampah menjadi penyebab permasalahan tersebut.
"Kami
mengidentifikasi bahwa sekitar 95,8 persen masyarakat yang ada di Pulau Pasaran
belum mampu mengelola sampah di rumah tangga dengan baik dan benar," kata
dia saat diskusi publik dalam acara Sakai Sambayan Lawan Isu Sampah yang Tak
Terolah di Ballrom Hotel Yunna, Senin (12/9/2022).
Ia
menjelaskan jika saat ini ada YABB bersama dengan changemakers seperti Catalyst
Changemakers Ecosystem (CCE) meluncurkan proyek percontohan pengelolaan sampah
bertajuk Pasaran Wawai.
"Ini
merupakan aksi nyata untuk mengurangi timbulan sampah, mencegah kebocoran
sampah serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat Pulau Pasaran melalui
pengelolaan sampah dengan baik," katanya.
Menurutnya
Pasar Wawai tersebut akan melakukan pemberdayaan kepada masyarakat dalam
mengelola sampah melalui komponen edukasi pengelolaan sampah, inisiasi
pengangkutan sampah berbasis digital dan pengelolaan sampah agar lebih
bernilai.
"Di
hari Senin sampai dengan Sabtu kami lakukan penjemputan. Sementara Kamis
sampahnya beli dari masyarakat tapi ini khusus untuk sampah yang sudah terpisah
dan memiliki nilai jual," terangnya.
Ia
menjelaskan jika 64 persen sampah plastik yang dihasilkan oleh masyarakat Pulau
Pasaran ialah sampah plastik makanan, kresek bekas es batu dan juga pipet atau
sedotan.
"Kami
pilih lokasi awal di Pulau Pasaran karena letak geografis nya sangat minim
intervensi. Jika ini berhasil dan bisa kita terapkan maka daerah lainnya bisa
kita terapkan," katanya.
Sementara
itu Kepala Bappeda Kota Bandar Lampung, Khaidarmansyah, menerangkan jika
pesatnya pertumbuhan penduduk didaerah setempat berdampak terhadap kebutuhan
ruang wilayah pesisir di Kota Bandar Lampung.
"Semangat
untuk menata kawasan pesisir telah dilakukan melalui perencanaan dalam dokumen
strategis. Salah satu permasalahan yang menjadi isu utama di daerah pesisir
adalah sampah," katanya.
Ia
menjelaskan jika sampah yang menumpuk di kawasan pantai berasal dari buangan
limbah rumah tangga dan industri di sekitar lokasi dan sepanjang sungai serta
sampah kiriman yang dibawa oleh gelombang air laut.
"Kita
berharap melalui kegiatan ini menjaring masukan dan kesamaan pandangan semua
pihak dalam penataan wilayah pesisir melalui pengelolaan sampah pantai untuk
menciptakan pesisir yang bersih, sehat, indah dan lestari," tutupnya. (*)
Berita Lainnya
-
Kasus Kekerasan Perempuan dan Anak di Lampung Capai 396, KPAI Tekankan Kerja Kolaboratif Semua Elemen
Minggu, 06 Juli 2025 -
213 Ribu Warga Lampung Terima Program Makan Bergizi Gratis
Minggu, 06 Juli 2025 -
Peserta BPJS Kesehatan Gratis Ditanggung Pemprov Lampung Terus Berkurang, Ikut Bayar Iuran Peserta Mandiri Rp 7 Ribu per Bulan
Minggu, 06 Juli 2025 -
Topeng, Tarian dan Jejak Keratuan: Kala Lampung Berbicara Lewat Festival Krakatau
Minggu, 06 Juli 2025