• Minggu, 06 Juli 2025

64 Persen Sampah Plastik di Pulau Pasaran Berpotensi Cemari Perairan dan Daratan

Senin, 12 September 2022 - 14.17 WIB
470

Diskusi publik dalam acara Sakai Sambayan Lawan Isu Sampah yang Tak Terolah di Ballrom Hotel Yunna, Senin (12/9/2022). Foto: Ria/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Daerah Pulau Pasaran yang berada di Kecamatan Teluk Betung Barat, Kota Bandar Lampung, mampu menghasilkan setidaknya 149 ribu kilogram sampah pertahun.

Jumlah sampah tersebut 64 persen diantaranya merupakan residu plastik yang berasal dari sampah rumah tangga dan berpotensi besar dapat mencemari perairan dan daratan Pulau Pasaran.

Chairwoman Yayasan Anak Bangsa Bisa (YABB), Monica Oudang, mengungkapkan jika keterbatasan akses yang dialami masyarakat serta kurangnya edukasi tentang pentingnya pengurangan dan pengolahan sampah menjadi penyebab permasalahan tersebut.

"Kami mengidentifikasi bahwa sekitar 95,8 persen masyarakat yang ada di Pulau Pasaran belum mampu mengelola sampah di rumah tangga dengan baik dan benar," kata dia saat diskusi publik dalam acara Sakai Sambayan Lawan Isu Sampah yang Tak Terolah di Ballrom Hotel Yunna, Senin (12/9/2022).

Ia menjelaskan jika saat ini ada YABB bersama dengan changemakers seperti Catalyst Changemakers Ecosystem (CCE) meluncurkan proyek percontohan pengelolaan sampah bertajuk Pasaran Wawai.

"Ini merupakan aksi nyata untuk mengurangi timbulan sampah, mencegah kebocoran sampah serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat Pulau Pasaran melalui pengelolaan sampah dengan baik," katanya.

Menurutnya Pasar Wawai tersebut akan melakukan pemberdayaan kepada masyarakat dalam mengelola sampah melalui komponen edukasi pengelolaan sampah, inisiasi pengangkutan sampah berbasis digital dan pengelolaan sampah agar lebih bernilai.

"Di hari Senin sampai dengan Sabtu kami lakukan penjemputan. Sementara Kamis sampahnya beli dari masyarakat tapi ini khusus untuk sampah yang sudah terpisah dan memiliki nilai jual," terangnya.

Ia menjelaskan jika 64 persen sampah plastik yang dihasilkan oleh masyarakat Pulau Pasaran ialah sampah plastik makanan, kresek bekas es batu dan juga pipet atau sedotan.

"Kami pilih lokasi awal di Pulau Pasaran karena letak geografis nya sangat minim intervensi. Jika ini berhasil dan bisa kita terapkan maka daerah lainnya bisa kita terapkan," katanya.

Sementara itu Kepala Bappeda Kota Bandar Lampung, Khaidarmansyah, menerangkan jika pesatnya pertumbuhan penduduk didaerah setempat berdampak terhadap kebutuhan ruang wilayah pesisir di Kota Bandar Lampung.

"Semangat untuk menata kawasan pesisir telah dilakukan melalui perencanaan dalam dokumen strategis. Salah satu permasalahan yang menjadi isu utama di daerah pesisir adalah sampah," katanya.

Ia menjelaskan jika sampah yang menumpuk di kawasan pantai berasal dari buangan limbah rumah tangga dan industri di sekitar lokasi dan sepanjang sungai serta sampah kiriman yang dibawa oleh gelombang air laut.

"Kita berharap melalui kegiatan ini menjaring masukan dan kesamaan pandangan semua pihak dalam penataan wilayah pesisir melalui pengelolaan sampah pantai untuk menciptakan pesisir yang bersih, sehat, indah dan lestari," tutupnya. (*)