• Minggu, 27 Oktober 2024

Kisah Hapzon Efendi, Pengrajin Anyaman Resam dan Bambu dari Balik Bukit Lambar

Senin, 05 September 2022 - 17.34 WIB
252

Hapzon Efendi pengrajin anyaman resam dan bambu asal balik bukit saat menunjukkan hasil karyanya. Foto : Echa/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Lampung Barat - Hapzon Efendi (40) warga Pekon (Desa) Kubu Perahu, Kecamatan Balik Bukit terlihat cukup terampil mengolah anyaman resam dan bambu menjadi sebuah kerajinan tangan dengan berbagai bentuk dan motif yang menarik.

Masyarakat setempat biasa memanggilnya mamak, kalau dalam bahasa Lampung artinya paman, ia hidup bersama istri dan kedua anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di Kabupaten setempat.

Usianya memang terbilang tak lagi muda pun juga tak terlalu tua, namun semangatnya dalam mengolah anyaman resam dan bambu tak perlu diragukan. Dengan tangan terampilnya, ia bisa merubah anyaman resam menjadi aksesoris yang bernilai seperti gelang dan cincin.

Selain itu, bambu yang biasanya tumbuh liar dan sulit untuk dimanfaatkan, ditangan Fendi bisa berubah menjadi kotak tisu, hantaran, nampan dan produk anyaman menarik lainnya yang memiliki nilai jual yang cukup menjajikan.

Sebelum berprofesi sebagai pengrajin, Fendi bekerja sebagai penjaga hutan di Kawasan Taman Nasional Bukit Barisa Selatan (TNBBS) selama bertahun-tahun, hingga akhirnya pada tahun 2017 iya memutuskan berhenti dan memilih membuka usaha sendiri.

Fendi bercerita sejak dia menjadi penjaga hutan, ia sama sekali belum memiliki keahlian apa pun tentang anyaman, bahkan kemampuan yang ia miliki didapat secara otodidak karena keinginannya untuk belajar seni dari bahan-bahan yang berasal dari alam.

"Dulu saya sering melihat orang tua zaman dahulu menganyam dan dari situ saya mulai tertarik, namun belum terjun langsung kesitu, hanya tertarik saja karena saya fikir itu suatu kegiatan yang menyenangkan dan menghasilkan," katanya, Senin (5/9/2022).

Tidak ada keberhasilan yang didapat tanpa adanya usaha dan kerja keras, Fendi terus mengasah kemampuannya di bidang anyaman dengan modal alat seadanya dan terus mengulang serta mengingat setiap detail anyaman yang akan dibuat.

"Prinsip saya adalah setiap karya yang  dibuat harus mengutamakan kerapihan serta detail tiap anyamannya harus jelas dan indah dan bahannya harus menggunakan bahan yang berkualitas. Saya enggak mau pakai bahan asalan karena itu bukan prinsip saya," kata Fendi.

Untuk anyaman resam, bahan yang digunakan berasal dari tanaman paku yang dikombinasikan dengan akar gantung miyai dan dalam satu hari dirinya mampu memproduksi puluhan kerajinan mulai dari cincin, gelang serta aksesoris lain dengan durasi pengerjaan 10-15 menit per item.

"Kalau dari anyaman bambu buat kotak tisu, hantaran, dan lainnya itu bisa satu hari pengerjaan, karena kan susah dan harus teliti buatnya, apa lagi bahannya harus dikombinasikan dengan berbagai item bahan lainnya," kata Fendi.

Untuk penjualan sendiri, Fendi mengungkapkan baru dipasarkan di seputaran wilayah Lampung Barat saja belum bisa menjangkau keluar daerah. Sebab belum ada akses yang memadai untuk memasarkan hasil karyanya tersebut ke pasaran luar.

"Baru ke toko-toko di sekitaran Lambar aja, itu pun terbatas masih belum menjangkau semua, kalau untuk keluar daerah belum, paling kalau ada tamu dari luar yang datang langsung ke rumah baru ada yang beli," ujarnya.

Untuk harga setiap karyanya, Fendi membanderol dengan harga yang bervariasi. Untuk anyaman resam seperti gelang dihargai Rp10ribu - Rp35ribu, cincin Rp3ribu hingga Rp5ribu dan gantungan kunci Rp10ribu hingga Rp15ribu.

"Kalau anyaman bambu kita harganya beda, kalau kotak tisu biasanya Rp40ribu, hantaran Rp80ribu hingga Rp100ribu sedangkan nampak Rp25ribu sampai Rp60ribu tergantung dari ukuran dan tingkat kesulitan serta waktu pembuatannya," kata Fendi.

Dalam sebulan dirinya bisa menghasilkan omset sebesar Rp1 juta hingga Rp2juta memang tidak terlalu besar tetapi Fendi merasa puas dan cukup bisa menghasilkan uang dari hasil keryanya sendiri yang ia gunakan untuk menghidupi keluarganya.

"Demi anak istri semua dicukupkan, semua nya butuh proses yang penting anak istri bisa makan, anak sekolah nya lancar itu sudah membuat saya bahagiaa dan cukup," pungkasnya. (*)


Editor :