• Rabu, 02 Oktober 2024

Petani Jagung di Lampung Keluhkan Keterlambatan Distribusi Pupuk

Rabu, 17 Agustus 2022 - 12.39 WIB
378

Foto: Ist.

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Sejumlah petani jagung yang ada di Provinsi Lampung mengeluhkan keterlambatan distribusi pupuk dari distributor, yang berdampak terhadap penurunan jumlah produksi jagung saat musim panen tiba.

Keluhan tersebut salah satunya dirasakan oleh Suprihanto (37) petani jagung asal Desa Waringin Jaya, Kecamatan Bandar Sribhawono, Kabupaten Lampung Timur.

"Pupuk memang sering terlambat datang dari distributornya. Keterlambatan distribusi pupuk itu bisa berdampak terhadap gagal karena jagung tidak bisa tumbuh dengan baik," kata Suprihanto, saat dimintai keterangan, Rabu (17/8/2022).

Dalam sekali musim tanam Suprihanto mengaku biasanya memberikan pupuk ke tanaman jagung sebanyak dua kali. Pemupukan pertama dilakukan saat jagung berusia dua minggu dan pemupukan kedua saat berusia 40 hari.

"Dengan lahan satu hektar kalau mau hasil yang maksimal ini kita bisa habiskan satu ton pupuk. Kalau pupuk terlambat biasanya hasil panen bisa berkurang  hingga 20 persen. Biasanya bisa dapat satu ton kalau telat pupuk paling cuma 700 sampai 800 kuintal," ungkapnya.

Menurutnya, lantaran pupuk sulit didapat serta harga jagung yang tidak stabil ia memilih pindah untuk menanam ubi kayu atau singkong yang dinilai harganya lebin stabil.

"Jadi pada musim tanam kali ini saya lebih pilih tanam singkong karena harganya relatif stabil dan perawatan tidak terlalu sulit. Harga jagung disini sekarang Rp2.800 per kilogram sementara harga tertinggi saat itu pernah mencapai Rp3.800 per kilogram," terangnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Askuri (42) petani jagung asal Desa Rama Indra, Kecamatan Seputih Raman, Kabupaten Lampung Tengah.

"Memang sekarang pupuk ini di lapangan suka telat datang. Jadi untuk mengantisipasi gagal panen petani menggunakan stok. Jadi stok musim tanam sebelumnya bisa kita gunakan. Itu pun jumlahnya gak banyak," ujarnya.

Ia menerangkan, pemupukan yang tidak maksimal berdampak terhadap tanaman jagung jadi mudah terserang hama ulat maupun tikus hingga masa pertumbuhan jagung tidak maksimal.

"Hasil panen nya yang bisa kurang sampe 20 persen. Kalau seperempat hektare bisa dapat satu ton itu paling 800 kuintal. Sekarang juga harga pupuk lagi mahal dan jenis subsidinya ikut di kurangi," terangnya. (*)


Video KUPAS TV : Pantau Aktivitas Warga Binaan di Lapas Kelas IIA Kalianda