• Selasa, 01 Oktober 2024

Lika-Liku Edo Pengusaha Muda Asal Lampung, Dari Jual Mochi Hingga Furniture

Kamis, 11 Agustus 2022 - 20.21 WIB
834

Edo Laksmana saat ditemui diruangannya. Foto : Muhaimin/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Banyak orang yang menginginkan untuk sukses saat usia muda terutama menjadi pengusaha.

Namun, untuk menjadi seorang pengusaha terutama diusia yang masih terbilang cukup muda banyak lika liku perjalanan yang harus dilalui sebelum mencapai kesuksesan tersebut.

Seperti yang diceritakan salah satu pengusaha muda asal Lampung, Edo Laksmana. Ia bercerita tentang awal mula pertama kali untuk membuka usaha.

"Awal pertama banget itu masih duduk di kelas 1 SMA jualan pulsa. Itu pertama kali usaha," ujarnya, Kamis (11/8).

Pria berkelahiran 5 agustus 1995 ini menceritakan saat duduk di bangku SMA dirinya bersama dengan temannya membuka angkringan di jalan Cut Mutia, Teluk Betung. "Itu kita buka cuma 3 hari, hari jum'at, sabtu, sama minggu," jelasnya.

Tak hanya itu, ia bercerita pengalamannya saat dirinya masuk ke perguruan tinggi semester 3 di Universitas Muhammadiyah Yogya (UMY).

"Pernah menggarap vendor kaos atau baju sablonan jadi maba Unila dan Itera buat di kita," tuturnya.

Hal tersebut bisa dilakukan terbilang berani, dikarenakan dirinya sudah mencoba untuk menggunakan mesin 3D high matic untuk menyablon kaos atau baju tersebut yang mana pada saat itu harganya masih kisaran Rp 48.000.000.

"Dulu awalnya ber 5, cuman yang 2 orangnya baru berjalan berapa bulan tidak sanggup jadi akhirnya ber 3," tuturnya.

Edo juga berjualan moci eskrim menggunakan booth di samping kampus UMY saat sedang kosong mata kuliah. "Kita buka delivery order, ngirimin ke kosan gitu," kata Edo.

Kedua usaha itu ia lakukan sampai dengan tahun 2015. Namun sayangnya usaha baju sudah tidak lagi berlanjut dikarenakan salah satu teman tidak jujur dalam usaha teresebut.

"Jadi si oknum ini ngambil orderan mengatasnamakan perusahaan milik bertiga ini dan teganya engga dikerjain," tuturnya.

Akibatnya, ia harus berurusan dengan pihak yang berwajib hingga hampir diusir dari kontrakan dikarenakan ulah dari salah satu temannya tersebut.

Meski usaha sablon baju sudah ditutup, dirinya masih berjualan es krim moci, hingga ia mendapatkan tawaran untuk menyewa sebuah lapak yang cukup besar.

"Akhirnya ngeberaniin jual motor, ngeleasingin lagi bpkb mobil kawan. Akhirnya buka dapur tante itu dulu, usaha tersebut bisa dibilang yang terbesar dan pertama di Jogja," ucapnya.

Ia menuturkan, usaha dapur tante ini berjalan dari awal 2015sampai dengan akhir 2017 lalu. Sambil bercanda, dirinya menceritakan bahwa pemikiran tentang bisnis sudah muncul saat sedang menjalani dapur tante itu, dimana ia membuat sekat pada lahan kosong di lapaknya tersebut, lalu ia sewakan kepada para pedagang lain yang mau berjualan disitu.

"Dijadiin foudcourt, sudah sepemikiran monopolly minuman gaboleh ada yang jual, udah nyewa tempat disewakan lagi tempat," jelasnya sambil tertawa.

Saat sedang berjalan usaha tersebut, dirinya mendapati partnernya kerap kali tidak menyetorkan nota dan mengambil uang tersebut masuk ke kantongnya sendiri.

"Sebelumnya itu ga ketauan, tapi kok lama-lama bahan baku habis sehari itu bisa minus Rp 300.000 gitu," paparnya.

Akhirnya Edo mengetahui bahwa temannya sering tidak menyetorkan uang melalui kamera cctv yang terpasang, akibatnya usaha nya itu pun bubar.

Kemudian ia menceritakan  dirinya setelah  lulus kuliah pada tahun 2017, Edo sempat tidak langsung usaha melainkan bekerja di vendor Bank BRI menjadi pengawas.

"Jadi ngebangun BRI unit Way Jepara, Sribawono pokoknya ngebangun unit-unit BRI itu saya yang ngawas," tuturnya.

Di tahun 2018 dirinya memutuskan kembali untuk membuka usaha furniture, padahal dirinya bisa dibilang tidak memiliki ilmu dalam hal tersebut tetapi tetap nekat untuk mencoba.

"Dulu itu masih ada 2 tukang, masih kerja, belajar ngepressin kayu, ngecat. Sampai sekarang pun gabisa sebenernya cuma kemarin tetep berusaha aja," kata Edo sambil tertawa.

Sambil berjalan, dirinya menyadari bahwa di Lampung ini usaha furniture ini sangat dibutuhkan dimana sedang gencarnya pembangunan, terutama cafe.

Disela-sela usahanya di bidang furniture, dirinya kembali diajak membuka usaha oleh teman yang berbeda untuk bergerak di bidang kuliner.

"Awalnya buka orange zero di Rajabasa, Koma Space sama kita buka rokusbar, terus ambil alih usaha taichan pertama di makam pahlawan. Terus buka lagi orange zero di teropong kota, terus buka lagi di pahoman di depan roti Jon's itu," tuturnya.

Disaat sudah mulai membaik, pada saat tahun 2018 usaha furniture sampai dengan 2019 membuka kuliner bisa dikatakan terjadi kenaikan yang drastis sampai dengan tahun 2020 pandemi covid.

"Pertengahan menuju akhir itu yang koma space tutup, tapi furniture alhamdulillah selama covid itu tetap jalan walaupun ada penurunan tidak signifikan," kata Edo.

Saat memasuki new normal, ia membuka fan cafe di Sukarame, namun sayangnya belum lama berjalan sudah muncul lagi kenaikan angka covid sehingga membuatnya harus tutup.

Pada tahun 2021, ia kembali membuka cofe shop bernama Diwa Bloc yang berada di Pahoman. 

Ia bersyukur untuk usaha furniturenya bisa dikatakan stabil bahkan yang tadinya hanya memiliki 2 tukang, sekarang sudah ada 8 orang plus 1 admin dan di Gedong Air memiliki 5 orang tukang.

Sejauh ini omset tidak menentu tapi target dari Edo sendiri berada dikisaran angka Rp 140.000.000 perbulan.

Selain pengusaha, dirinya juga saat ini tergabung bersama himpunan pengusaha muda Indonesia (Hipmi) dengan menduduki jabatan Bendahara Umum untuk Kota Bandar Lampung. (*)

Editor :