• Senin, 30 September 2024

Sempat Bungkam Soal Kasus Bullying, Pihak Sekolah TMI Akhirnya Buka Suara

Kamis, 04 Agustus 2022 - 13.16 WIB
736

Kepala Sekolah TMI, Sumami (kiri), Kepala Yayasan TMI, Henni Zalra (kedua dari kiri), dan kedua orang tua korban. Foto : Muhaimin/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Setelah beberapa hari bungkam akhirnya sekolah Tunas Mekar Indonesia (TMI) buka suara terkait dengan kasus pembullyan yang terjadi di dalam sekolah.

Kepala sekolah Tunas Mekar Indonesia (TMI), Sumami meminta maaf atas kejadian yang telah terjadi di kedua siswanya.

"Kelalaian saya sebagai kepala sekolah, semoga tidak terjadi lagi dan ini menjadi pembelajaran buat saya, buat guru saya untuk lebih lagi meningkatkan pengawasan terhadap anak-anak," ujarnya, Kamis (4/8).

Dirinya mengatakan, hal ini menjadi pembelajaran terutama bagaimana metode yang dipergunakan untuk membuat siswa ini nyaman bercerita ke orang tua maupun guru.

"Sehingga tidak terlambat mengatasi dan menengahi masalah yang terjadi," ucapnya

Ia berharap, kasus ini menjadi yang terakhir dan dirinya meminta dukungan agar kedepannya dapat menjadi lebih baik lagi dalam pendidikan.

Ia juga menyampaikan permohonan maaf kepada awak media karena dirinya sulit untuk dimintai konfirmasi dalam beberapa hari ini.

suasana yang baru di dalam kelas membuat anak harus berproses untuk beradaptasi lagi dengan lingkungan sekitar.


"Kita kan ada dua guru, tinggal mungkin pendekatan. Begini, bulan Juli ini adalah proses adaptasi buat anak saya terhadap guru baru dan guru Saya juga terhadap anak," katanya, Kamis (4/8).

Ia juga mengatakan pada bulan juli ini keadaan masih baru, mungkin korban masih belum nyaman terhadap guru baru.

"Juli ini kan baru ya keadaan semua kelasnya pindah teman-teman sebagian ada yang pindah, terus guru baru, wali kelas baru. Saya juga sedang mencari pola anak ini seperti apa pola pendekatan seperti apa pola komunikasi terhadap orang tua seperti apa sehingga itu yang menjadi miss komunikasinya gitu," sambungnya.

Dirinya menyampaikan, saat proses adaptasi ini berjalan dengan baik maka guru dan anak akan tahu bagaimana cara saling berkomunikasi.

"Maka akan terjalin sebuah komunikasi yang kayak oh kalau anaknya murung saya tahu anaknya pasti ada sesuatu," tuturnya.

Kejadian sebelumnya itu terjadi pada saat minggu pertama sekolah sehingga masih dalam proses pengenalan satu dengan yang lain.

Perilaku anak bisa saja menjadi terpengaruh dari keadaan pada lingkungan sekitarnya.

"Sehingga terkadang mendekatinya secara personal, kamu mendengarkan kalimat itu dari mana, kamu tahu artinya atau tidak," paparnya.

Dirinya juga menjelaskan bahwa akan tetap akan melakukan komunikasi yang intens dan memperlakukan anak sesuai dengan semestinya.

"Kami telusuri dia dapat dari mana dan tulisannya, sehingga kayak orang ini tidak baik kedepannya kamu harus bagaimana," tandasnya.

Ketua yayasan TMI, Henni Zalra juga menyampaikan bahwa kedua belah pihak sudah saling memaafkan.

"Karena kita sebagai manusia ya pasti ada khilaf, ada salah ya kita sudah saling memaafkan," ucapnya.

Dirinya ingin seluruh siswa yang bersekolah di TMI untuk bisa dapat dengan nyaman belajar disini.

Sementara Ayah korban, Edy Firdiansyah membenarkan bahwa TMI sudah meminta maaf kepada dirinya secara langsung saat mediasi.

"Kami sebagai orang tua jadi salah satu wali murid di sini sudah memaafkan TMI dan mudah-mudahan ini menjadi pembelajaran buat TMI," kata Edy.

Sementara itu, demi kepentingan bersama, orang tua korban langsung memindahkan anaknya kesekolah lain.

Saat ditanya pembullyan seperti apa yang dialami oleh anaknya, orang tua korban tidak ingin menjawab pertanyaan tersebut. (*)

Editor :