• Jumat, 25 Oktober 2024

Harga Cabai Naik, Petani di Lambar Raup Untung Puluhan Juta

Senin, 20 Juni 2022 - 15.01 WIB
228

Taufiq (37) petani asal Pantau, Kelurahan Way Mengaku, Kecamatan Balik, saat di kunjungi di kebu miliknya, Senin (20/6/2022).

Kupastuntas.co, Lampung Barat - Naiknya harga cabai yang menyentuh di harga Rp100.000/Kg membuat para petani di Lampung Barat tersenyum manis, pasalnya dalam satu kali musim panen mereka bisa meraup untung hingga Rp20.000.000 lebih.

Hal tersebut diungkapkan salah satu petani cabai di Pantau, Kelurahan Way Mengaku, Kecamatan Balik Bukit bernama Taufiq (37). Ia yang sudah 22 tahun lebih bekerja sebagai seorang petani cabai di lahannya yang seluas setengah hektare tersebut mengungkapkan dalam sekali panen ia bisa mendapatkan 2 Kwintal Cabai.

Taufiq mengungkapkan, naik turun nya harga cabai merupakan hal yang biasa. Hal tersebut memang dipengaruhi banyak hal, mulai dari biaya produksi, penyakit hingga cuaca yang tidak menentu yang berdampak terhadap hasil produksi dan kualitas dari cabai itu sendiri.

Naiknya harga cabai saat ini dipengaruhi mahalnya biaya produksi, diantaranya pupuk yang naik hingga dua kali lipat dari harga sebelumnya. Misalnya saja pupuk Mutiara yang sebelumnya Rp450.000/karung sekarang menjadi Rp800.000-900.000/karung.

"Sehingga wajar jika keuntungan yang di dapat mencapai Rp20.000.000 juta lebih dalam satu kali musim karena memang sejalan dengan biaya produksi yang semakin hari kian mahal, jadi masih seimbang lah modal sama keuntungan yang kita dapat," katanya Senin (20/6/2022)

Kemudian faktor cuaca akibat curah hujan tinggi yang terjadi terus menerus menyebabkan banyak cabai yang busuk dan rusak sehingga produksi pun berkurang, akibatnya stok di pasaran pun terbatas dan harga jadi naik mencapai Rp100.000/kg untuk cabe merah besar dan Rp60000/kg untuk cabe rawit.

Taufiq menceritakan, modal awal dari tanam hingga panen selama 7 bulan, ia bisa mengeluarkan modal sebesar Rp15.000.000 jika melanjutkan garapan lahan yang telah di olah sebelumnya, namun jika membuka lahan baru modalnya bisa mencapai Rp20.000.000 juta lebih.

Dia menjual hasil panennya tersebut langsung ke pengepul, sebab saat ini belum ada akses untuk menjual langsung kepada pedagang karena tidak kuat untuk menampung cabai yang begitu banyak langsung ke penjual di pasar tradisional ataupun keluar daerah.

"Harapannya agar harga pupuk bisa turun lah, kalau untuk sekarang harga cabai lagi bagus ia masih bisa untung tetapi nanti kalau harga sudah turun bisa menjerit petani, bukan untung tetapi malah buntung karena harga pupuk utamanya sangat mempengaruhi modal kami," tutupnya

Ujang, salah satu penjual pupuk dan obat-obatan di Kelurahan Way Mengaku, Kecamatan Balik Bukit mengungkapkan tidak mengetahui pasti penyebab naiknya harga pupuk sebab mereka hanya mengikuti harga pasar.

"Kita disini hanya nyetok barangnya, jadi kita mengikuti harga pasar kalo harganya naik iya otomatis kami jualnya juga segitu, karena tidak mungkin kita jual di bawah harga modal," singkatnya. (*)

Video KUPAS TV : Gelontorkan Dana Miliaran Rupiah, Pemerintah Bangun Jembatan Way Gebang


Editor :