Jeritan Petani Kopi Menjelang Panen Raya, Berharap Harga Tinggi Ditengah Pandemi

Dwiyanto (63), Ketua Kelompok Tani Margo Rukun Dusun Girimulyo III Pekon Ngarip, Kecamatan Ulubelu, Kabupaten Tanggamus. Foto: Sayuti/Kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Tanggamus - Seluas 10.843 hektar tanaman kopi di Kecamatan Ulubelu, Kabupaten Tanggamus, siap dipanen pada 2022. Para petani setempat berharap harga kopi tahun ini naik dikisaran Rp.27 ribu per kilogram.
Dwiyanto (63), Ketua Kelompok Tani Margo Rukun Dusun Girimulyo III Pekon Ngarip, Kecamatan Ulubelu, Kabupaten Tanggamus mengatakan, harapan naiknya harga komoditas kopi ini sangat beralasan. Karena di tengah hantaman pandemi Covid-19, kopi masih menjadi tumpuan dan andalan utama para petani Ulubelu.
Dimana para petani berjuang memulai dari peremajaan kopi tua yang produksinya menurun. Lalu dirawat dan dipelihara dengan baik, dan dilanjutkan dengan petik merah agar menghasilkan kopi dengan kualitas terbaik.
"Kini memasuki masa panen, petani berharap kepada stakholder mulai dari pemerintah hingga pabrikan, ikut membantu terwujudnya perniagaan yang adil, sehingga kesejahteraan petani di tengah hantaman pandemi menjadi lebih baik," kata Dwiyanto ditemui di ladang kopi miliknya, Sabtu (29/1/2022).
Menurut Dwiyanto, pada tahun 2021, harga biji kopi jenis Robusta (Coffea canephora) hanya berkisar Rp17 ribu - Rp18 ribu per kilogram, yang merupakan harga tertinggi saat panen tahun 2021.
"Untuk harga tersebut, kami petani cuma balik modal, hanya cukup untuk makan menunggu panen tahun depan," kata petani pemilik 4 hektar ladang kopi ini.
Dwiyanto merinci, jika dari 4 hektar ladang kopinya hanya menghasilkan 4 ton kopi, dan bila 1 kilogram Rp18.000 x 4.000, maka yang dihasilkan Rp.72.000.000 setahun.
"Uang Rp72 juta itu suaranya besar, tetapi uang itu dalam hitungan hari akan habis untuk biaya perawatan, pupuk, obat-obatan yang harganya sangat mahal, belum lagi ongkos mutil kopi, ongkos angkut dari ladang ke rumah, dan ongkos dari rumah ke pasar. Tinggal sisa untuk makan saja," terangnya.
Idealnya, ujar Dwiyanto harga kopi yang dapat mengangkat perekonomian petani dikisaran Rp27.000-Rp30.000 per kilogram.
"Dengan harga Rp27 ribu per kilogram saja, itu sudah membantu petani. Bisa mencukupi kebutuhan pangan, sandang, pendidikan anak di perguruan tinggi," kata dia.
Mayar (56), petani kopi di Pekon Gunung Sari, Kecamatan Ulubelu menuturkan, juga mengutarakan hal yang sama.
"Kondisi ini sangat tidak sebanding dengan harga kebutuhan pokok yang terus naik. Demikian pula dengan harga sarana pertanian seperti pupuk dan racun hama yang terus naik," katanya.
Dikatakan Mayar, dengan harga kopi biji demikian, hasil panen habis untuk menutupi biaya perawatan, sehingga kesejahteraan petani kopi di Ulubelu sulit tercapai. Apalagi sebagian besar tanaman kopi di Ulubelu sudah berusia tua, sehingga hasil panen tidak maksimal.
"Dengan harga kopi yang hanya Rp18.000 per kilogram, benar-benar membuat petani kopi terpuruk," ucapnya.
Mayar berharap panen kopi tahun ini harga kopi biji bertahan tinggi, dengan demikian kesejahteraan petani kopi bisa meningkat.
"Petani kopi mengimpikan masa-masa kejayaan petani kopi pada zaman presiden BJ Habibie. Semoga harga kopi tahun ini tinggi, agar kesejahteraan petani kopi meningkat," harapnya. (*)
Berita Lainnya
-
PT AUTJ BUMD Tanggamus Kini Terbengkalai, Berujung Investigasi Inspektorat
Senin, 05 Mei 2025 -
Belum Dibayar Empat Bulan, PHL dan Pegawai RSUD Batin Mangunang Tanggamus Mengeluh
Sabtu, 03 Mei 2025 -
Pelayanan RSUDBM Tanggamus Tuai Keluhan, Bupati Janji Benahi dalam Tiga Bulan
Jumat, 02 Mei 2025 -
Pasca Kasus Korupsi, Warga Curhat Pelayanan Buruk RSUD Batin Mangunang Tanggamus: Perawat dan Dokter Jutek
Jumat, 25 April 2025