• Sabtu, 05 Juli 2025

Perjuangan Dua Remaja di Lamtim Mengais Rezeki dari Pasir Kuarsa

Kamis, 18 Maret 2021 - 14.52 WIB
297

Dua remaja belasan tahun, menikmati waktu luang nya untuk mengkais rejeki sebagai penjemur pasir. Foto: Agus/Kupastuntas,co

Lampung Timur, Kupastuntas.co - Panas terik matahari pukul 13.30 WIB seolah berada tepat di atas kepala, tumpukan pasir tampak memantulkan hawa panas dari terpaan sang surya di tengah hari, tapak kaki bocah remaja seolah tidak merasakan panas meskipun tidak mengenakan alas kaki.

Dengan penuh semangat, remaja belasan tahun dengan telanjang dada, mengenakan celana trainning yang sudah usang tampak menikmati pekerjaannya sebagai penjemur pasir kuarsa, urat tubuhnya sudah mulai tampak kekar menunjukan pria yang di ketahui bernama Selamet itu sudah biasa bekerja keras meskipun usianya masih 16 tahun. Kamis (18/3/2021).

Sela sela waktu yang umumnya digunakan anak anak remaja bermain bersama rekan sebayanya dimanfaatkan untuk mengkais rejeki. 

"Yang penting halal, dari pada waktunya untuk bermain yang justru harus mngeluarkan uang, mending untk kerja," ucap Selamet sembari menenggak minum.

Remaja itu tinggal di Desa, Tanjungaji, Kecamatan Melinting, Lampung Timur, dan dirinya masih duduk di bangku SMP kelas IX.

Lapisan pasir paling atas yang dia anggap sudah kering terus disapu dengan menggunakan cangkul kayu yang dibuat sedemikian rupa, selanjutnya butiran pasir dimasukan kedalam karung berukuran 50 kilo, lalu karung yang sudah terisi pasir ditumpuk di depan teras gudang. "Kalau pas cuaca panas bisa kerja jemur pasir, kalau hujan ya saya libur," terang Selamet.

Sementara Alfin (15) tangannya menggenggam sebuah benda menyerupai mangkuk sebagai alat pengeruk pasir untuk dimasukan kedalam karung. Dua remaja yang masih duduk di bangku SMP itu bekerja satu team sehingga upah dari hasil menjemur pasir dibagi berdua. "Ya nanti kalau dapat upah kita bagi berdua," kata Selamet.

Upah yang didapat kedua remaja belasan tahun itu sebesar 25 ribu rupiah, untuk 20 karung pasir, selama dua hari ini kedua remaja tersebut sudah mendapat 85 karung pasir kuarsa. "Ya selama dua hari ini dapat itu yang ditumpuk di depan teras gudang," jelas Selamet sambil menunjuk tumpukan pasir.

Bekerja serabutan dengan mengandalkan fisik sudah menjadi kebiasaan Selamet dan Alfin, bukan hanya buruh menjemur pasir yang mereka lakoni melainkan bekerja memberi pakan udang di tambak juga mereka lakoni.

"Serabutan lah pak, jemur pasir, ngasih pakan udang mana yang ada dan menurut saya sanggup saya kerjakan," tuturnya.

Selamet mengaku hasil dari bekerja digunakan untuk keperluan dirinya, seperti untuk tambahan biaya sekolah, keperluan jajan dan untuk membeli paket internet, menurutnya minimal tidak membebani orang tuanya secara total. 

"Karena kondisi orang tua saya ekonominya lemah sehingga saya bantu kerja untuk keperluan sekolah dan sebagainya," ucap remaja berkulit sawo matang itu.

Sementara pemilik lapak pasir kuarsa Sobirin mengaku pasir pasir tersebut dia kirim ke Jakarta, dengan harga satu ton pasir 250 ribu. "biasanya saya ngirim satu minggu sekali," jelas Sobirin. (*)

Editor :