Pandemi Corona Tak Surutkan Karya Anak-anak Gunung Agung Lamtim

Gadis-gadis Belia yang masih duduk di Bangku Sekolah Dasar, piawai melakukan tarian tradisional khas Bali. Foto: Agus/Kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Lampung Timur - Suara melodi dari alat musik tradisional bernama Gangsa, mengalun indah, yang berpadu dengan alat musik lainnya seperti gong, kendang dan Ceng Ceng, sehingga menjadi sebuah musik tradisional khas Bali.
Suara musik tradisional tersebut mengalun dan menyebar di sudut-sudut Sanggar Seni di Dusun Gunung Agung, Desa Braja Harjosari, Kecamatan Braja Selebah, Lampung Timur (Lamtim), Minggu (21/2/2021) pagi. Paduan suara gamelan khas Bali seolah menghipnotis jiwa terasa turut menari.
Alat musik tersebut dimainkan oleh remaja-remaja putra Dusun Gunung Agung yang penuh semangat dan serius. Mereka tampak fokus memukul pegangan alat musik masing-masing untuk mengiringi gadis-gadis belia melakukan tarian.
Jemari tangan gadis belasan tahun tampak bergerak lembut memadukan suara gamelan. Bola mata tampak menari bergerak menyesuaikan irama, lekuk pinggul bergerak lentur, gerakan kaki terlihat serempak seperti ada yang ngomando.
Pagi itu, di sebuah Sanggar Seni Dusun Gunung Agung, anak-anak remaja yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar, terus mengasah kemampuan tari khas Bali. Dua tarian Bali bernama Tari Panyam Brahma dan Tari Pendet selalu dilakukan berulang-ulang.
"Ya kalau tidak latihan nanti lupa. Kebetulan juga sekolah masih belum aktif, dari pada banyak main mending untuk latihan nari," kata gadis belia bernama Dina yang masih duduk di bangku kelas 3 SD.
Wakil ketua Pokdarwis, Desa Braja Harjosari, I Wayan Toni Candra, yang memandu latihan tari tersebut mengatakan, anak-anak tetap menjaga protokol kesehatan dengan menggunakan masker saat berlatih nari. Walau lama tidak pentas di hadapan tamu-tamu wisatawan, namun anak-anak harus berlatih agar tidak kaku saat melakukan tarian.
"Sudah 10 bulan kami tidak menerima tamu wisatawan baik lokal maupun Luar Negeri, karena wabah Covid 19, biasanya dalam satu bulan sekali pasti ada tamu," papar I Wayan Toni Candra.
Wayan mengakui, wisatawan yang masuk untuk menikmati wisata budaya dan alam banyak dikunjungi dari Luan Negeri, seperti Australia, Selandia Baru, India, Swis dan Belgia.
"Satu paket wisatawan bisa mengeluarkan kocek Rp1,5 juta hingga Rp2 juta. Kini mereka (anak-anak) sebenarnya rindu dengan kunjungan wisatawan," terang Wayan.
Sebab selain mereka memiliki kepuasan tersendiri saat pentas di hadapan wisatawan, tentu anak-anak juga bisa merasakan sedikit rupiah yang bisa digunakan untuk keperluan nya.
"Ya anak-anak sering tanya, kapan ya Corona berakhir?" ujar Wayan, yang menirukan pertanyaan anak-anak yang masih lugu itu.
Meskipun dengan mengunakan masker, remaja Gunung Agung tetap semangat untuk terus mengasah kemampuan tari maupun memainkan alat musik. Artinya mereka tidak mau terhanyut oleh Covid-19 sehingga tidak bisa berkarya kembali. (*)
Video KUPAS TV : KAKEK WADI JAJAKAN SAPU DAN MADU PAKAI SEPEDA TUA, BERKELILING DESA...
Berita Lainnya
-
Polisi Tangkap Komplotan Pencuri Motor di Labuhan Ratu Lamtim
Jumat, 04 Juli 2025 -
Tambang Pasir Ilegal di Labuhan Maringgai Disegel, DLH dan ESDM Lampung Pasang Plang di Enam Titik
Kamis, 03 Juli 2025 -
Tujuh Gajah Liar Terjebak di Kebun Warga, Bupati Lampung Timur Turun Tangan
Rabu, 02 Juli 2025 -
270 Pegawai Terima SK P3K, Bupati Ela Minta Tingkatkan Kinerja dan Layani Masyarakat Sepenuh Hati
Rabu, 02 Juli 2025