• Jumat, 04 Juli 2025

Etty, Pekerja Migran Tempuh Studi S2 di Taiwan

Rabu, 03 Februari 2021 - 09.56 WIB
237

Etty Nurhalimah Pekerja Migran Indonesia di Taiwan asal Lampung Timur. Foto: Doc/Kupastuntas.co

Kupastuntas.co, Lampung Timur - "Rasa kangen itu pasti, karena sudah sembilan tahun jauh darinya," ucapan itu keluar dari seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI) bernama Etty Nurhalimah, asal Desa Labuhanratu Dua, Kecamatan Way Jepara, Lampung Timur, Selasa (3/2/2021).

Kata rindu tersebut ditunjukan kepada buah yang sudah sembilan tahun jauh darinya. Namun perempuan kelahiran Mei 1984 itu berjuang sebagai seorang pekerja migran demi merubah ekonominya dan masa depan anak yang lebih baik.

Suara diujung phonsel terdengar lantang, tegas dan teratur. Etty mulai menceritakan kisah awal perjuangan hidupnya. Perempuan dengan ciri khas hijab panjang itu mengatakan, setelah lulus dari SMK di Way Jepara pada 2002, Etty mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah di salah satu perguruan tinggi di Kota Metro.

"Saya sangat ingin kuliah, tapi setelah lulus SMK orang tua tidak mampu membiayai,” kata Etty.

Dengan tekad yang bulat untuk mewujudkan impiannya, akhirnya Etty memutuskan bekerja di sebuah toko sepatu di pasar Way Jepara. Lalu, pada 2004 dirinya bertekat menjadi pekerja migran di Singapore, namun hanya selama 18 bulan.

Pada 2006 perempuan berjiwa baja itu kembali mengadu nasib sebagai pekerja migran di Hongkong selama dua tahun, karena saat itu masih lajang hasil kerja kerasnya digunakan untuk membuat rumah dan keperluan usaha keluarga.

2008 Etty menikah, satu dan lain hal, pada tahun 2011 memutuskan untuk berpisah dengan suaminya dengan membawa seorang putra berusia 2 tahun.

"Terus saya berangkat ke Taiwan 2011, hati benar-benar berat meninggal kan anaku yang masih dua tahun,” lanjutnya.

Tiba di Taiwan, Etty bekerja sebagai pengurusorang tua majikannya yang sudah tua.

Namun atas kerja keras dan semangatnya selama bertahun-tahun, akhirnya pada 2016 Etty mampu kuliah di Fakultas Sastra Inggris Universitas Terbuka (UT) di Taiwan tanpa persetujuan majikannya.

"Tidak ingin hancur untuk kesekian kalinya, meski dilarang majikan saya tetap melanjutkan serta menyelsaikan S1 tahun 2020 dan sekarang saya melanjutkan S2,” katanya.

Beberapa prestasi yang pernah diraih oleh Etty adalah juara lomba menulis, pernah diundang RRI untuk mengisi cerpen di Bilik sastra dari 2017 sampai 2019, mengisi kolom Islam Digest di Republika pada 2019. Dan hinga kini Ia menjadi redaksi pemberitaan tentang edukasi pekerja migran Indonesia di Taiwan.

Terakhir, Etty berpesan, apapun keadaan kita, jika memiliki semangat dan tekat yang kuat, maka apapun yang diimpikan, akan tercapai. (*)

Video KUPAS TV : ORGANISASI PBB SAMBANGI MARKAS POLDA LAMPUNG

Editor :