Berawal Konflik Gajah, Tercipta Objek Wisata Susur Sungai

Hamparan sungai pembatas yang dijadikan objek wisata susur sungai. Foto: Agus/Kupastuntas.co
Kupastuntas.co, Lampung
Timur - Ketika matahari hendak menenggelamkan dirinya, terlihat layaknya bara
api di atas langit ujung barat. Sungai pembatas hutan Taman Nasional Way Kambas
(TNWK) memantulkan semburat jingga nan indah, suara kicauan burung bersahutan
menyambut malam.
Hamparan sungai yang bermuara ke Laut Labuhan Maringgai (Kuala penet) itu sebagai batas alam antara Hutan TNWK dengan desa-desa penyangga, Savana pinggir hutan tampak seperti lukisan di senja hari, ketinggian pohon dan semak menari tertiup hempasan angin.
Seorang pemandu
wisata Desa Braja Harjosari, Toni mengatakan, sejak 2016 lalu dirinya bersama
kelompok sadar wisata (Podarwis) mulai menggagas sebuah wisata bernama susur
sungai.
"Sungai pembatas hutan TNWK antara perkampungan menjadi objeknya," kata Toni, Sabtu (26/12/2020).
Lanjut Toni,
wisatawan bisa menikmati susur sungai sepanjang 3 kilo, dengan menggunakan
perahu berkapasitas 8 orang, biaya yang harus di keluarkan penikmat wisata alam
itu, sebesar 400 ribu untuk satu paket.
"Kapasitas perahu maksimal 8 orang, mau diisi berapa pun yang penting di bawah 8 orang biayanya tetap 400 ribu," terang Toni.
Sepanjang menyusuri
sungai, pengunjung bisa menikmati berbagai jenis burung. Jumlah burung yang
sering dijumpai sebanyak 30 spesies.
Hamparan Savana
juga menjadi pemandangan alami pun menyejukan mata, dan juga pengunjung bisa
melihat sejumlah gajah yang sengaja di gembalakan di Savana tersebut.
Terlebih jika waktunya
tepat pengunjung yang hobi dengan photografer, bisa membidik indahnya langit di atas sungai pembatas hutan.
"Waktu yang tepat jika pagi pukul 05.00-08.00 WIB, jika sore 17.00-18.30," lanjutnya.
Menurut Toni,
semenjak wabah Covid-19 wisata susur sungai lengang tidak satupun wisata datang
ke Desa Braja Harjosari, karena rata-rata penikmat susur sungai datang dari
luar Provinsi seperti Jakarta dan Bali, bahkan dari luar negeri
"Karena banyak
wisatawan dari luar daerah hingga luar negeri di Desa Braja Harjosari sudah
memiliki 12 homestay untuk penginapan," jelasnya.
Karena konflik
terus terjadi, sejumlah mitra konservasi memberi pembinaan kepada masyarakat
desa penyangga termasuk Desa Braja Harjosari, dengan tujuan agar bisa berbagi
ruang dengan satwa liar.
"Awal 2015
pembinaan sumber daya manusia di galakan oleh mitra konservasi," kata
Suhada.
Dan terciptalah
sebuah objek wisata susur sungai, yang sudah berjalan sejak 2016, dengan
memanfaatkan sungai berikut kondisi alam yang indah, kedua pihak menikmati
dampak positif nya, pihak Balai TNWK merasa diuntungkan karena gajah gajah
tidak lagi keluar hutan.
Sementara
masyarakat penyangga TNWK Kusus nya Desa Braja Harjosari juga diuntungkan
tanaman petani tidak lagi dirangsek gajah dan pengelola Pokdarwis juga mendapat
keuntungan dari memandu wisata. (*)
Video KUPAS TV : Toko Oleh-Oleh Khas Lampung Ditutup Satgas Covid-19 KarenaKebanyakan Pengunjung
Berita Lainnya
-
Tambang Pasir Ilegal di Labuhan Maringgai Disegel, DLH dan ESDM Lampung Pasang Plang di Enam Titik
Kamis, 03 Juli 2025 -
Tujuh Gajah Liar Terjebak di Kebun Warga, Bupati Lampung Timur Turun Tangan
Rabu, 02 Juli 2025 -
270 Pegawai Terima SK P3K, Bupati Ela Minta Tingkatkan Kinerja dan Layani Masyarakat Sepenuh Hati
Rabu, 02 Juli 2025 -
LSM AKSI Datangi Inspektorat Lamtim Pertanyakan Hasil Penyelidikan Dugaan Korupsi Dana Desa
Selasa, 01 Juli 2025