• Kamis, 28 Maret 2024

Direktur YABI: Populasi Badak Sumatera Menurun 50 Persen

Selasa, 22 September 2020 - 15.59 WIB
174

Kasubdit Pemulihan Ekosistem Kawasan Konservasi, U Mamat Rahmat Memberi penjelasan soal Populasi Badak Sumatra. Foto: Agus/Kupastuntas.co

Lampung Timur, kupastuntas.co - Selama 20 tahun, keberadaan badak sumatera dinyatakan menurun hingga 50 persen lebih, hingga saat ini badak sumatera tercatat tinggal 80 ekor yang tersebar di beberapa tempat di Indonesia.

Hal tersebut di ungkapkan oleh Direktur Eksekutif Yayasan Badak Indonesia (YABI) Widodo Ramono saat berkunjung ke Hutan Taman Nasional Way Kambas (TNWK) dalam agenda menyambut hari badak sedunia, Selasa (22/9/2020).

"Populasi badak sumatera sampai saat ini hanya tinggal 80 ekor, yang tersebar di Taman Nasional  Leuser, Taman Nasional Bukit Barisan, TNWK, di dalam hutan Kutai Barat dan Kalimantan Timur," terang Widodo Ramono.

Ia mengatakan, penyebab menurunnya populasi badak sumatra yaitu, diakibatkan habitat yang semakin kecil dan perburuan liar yang masih marak. Terkait persoalan habitat menurut Direktur Eksekutif Yabi, tempat tempat badak sudah banyak di disinggahi manusia.

"Karena sifat badak sangat sensitif sehingga badak merasa terganggu sehingga terjadi penyempitan tempat tinggal. Seperti dengan mudahnya manusia masuk hutan dan melakukan perburuan secara tidak langsung sudah mengusik kenyamanan badak," jelas Widodo.

Yabi berkomitmen akan membantu pemerintah dalam pelestarian satwa dilindungi tersebut, karena persoalan breeding menjadi kendala utama maka Yabi akan bekerja keras untuk mengumpulkan badak yang menyebar dengan tujuan agar memudahkan badak untuk berkembang biak.

Lanjutnya, pemerintah harus bisa melakukan konservasion breeding dengan melakukan sebuah penangkaran selain mempercepat perkembang biakan badak juga menjaga kesehatan badak. "Sebab jika badak betina terlalu lama tidak kawin, maka bisa terjadi gangguan pada organ tubuh seperti kista dan tumor pada rahim," katanya.

Dengan melakukan penangkaran dengan memperbanyak perkembangbiakan badak, kata Widodo tujuan akhirnya juga akan dilepas liarkan kembali ke alam bebas namun sebelum dilirkan pihak terkait harus benar benar bisa memastikan kondisi alam, bebas dari perburuan.

"Jangan sampai setelah berhasil program breeding dan dilepas lalu punah lagi, sehingga kerja keras itu hanya sia sia saja," papar Widodo.

Sementara itu, Kasubid Pemeliharaan Ekosistem Kawasan Konservasi Pusat U Mamat Rahmat mengakui bahwa kondisi badak sumatra dan badak jawa mengalami tekanan yang luar biasa dari orang orang yang tidak bertanggung jawab sepeti perburuan liar.

"Meskipun tidak secara langsung memburu badak, namun dengan masuk kedalam hutan dengan tujuan tidak baik hanya membuat kenyamanan badak terganggu".Jelas U Rahmat Mamat

Solusi yang paling maksimal terang Rahmat persoalan breeding, harus memiliki sebuah penangkaran, Mamat mengakui bahwa Suaka Rinho Sumatra (SRS) yang menjadi sebuah penangkaran yang ada di Taman Nasional Way Kambas (TNWK) merupakan sebuah penangkaran yang bisa menjadi contoh dunia.

Selain itu, Kasubid Pemeliharaan Ekosistem Kawasan Konservasi  Rahmat Mamat menginstruksikan kepada para pendidik (guru) agar anak anak bangsa diberi pelatihan sejak dini tentang konservasi, tentang satwa satwa dilindungi tentang kebanggaan satwa yang dimiliki, hal itu bisa dilakukan dengan menjalankan program sekolah alam.

Seperti di Lampung Timur, para pendidik bisa memberi pemahaman akan binatang kebanggaan binatang yang menjadi icon besar sepeti Badak dan Gajah, artinya jika anak anak memahami hal tersebut dipastikan bisa menghargai dan menyayangi satwa tersebut.

Ditempat terpisah, Kepala Balai TNWK menjelaskan bahwa kondisi badak yang ada dalam penangkaran ada tujuh ekor dalam kondisi sehat. untuk saat ini Suaka Rhino Sumatera (SRS) fokus dalam proses mengawinkan dua betina yaitu Ratu dan Rosa.

Terkait dengan kandang badak, SRS sudah memiliki kandang seluas 220 hektare, 100 hektare dibangun sejak lama dan 120 hektare baru saja di bangun, tujuan kedepan SRS akan berupaya memasukan badak liar kedalam kandang tersebut guna mempercepat perkembang biakan badak.

"Dokter, bidan dan perawat siap di dalam SRS, dan penjagaan ketat dari predator seperti harimau kandang badak di kelilingi oleh pagar setrum," tegas Subakir. (*)

Editor :

Berita Lainnya

-->