• Sabtu, 20 April 2024

Waspadai Defisit Pangan, Oleh Zainal Hidayat, S.H.

Kamis, 30 April 2020 - 07.00 WIB
82

Zainal Hidayat, S.H.

Bung Kupas - Tidak bisa dipungkiri, pandemi Covid-19 menghantam seluruh sektor yang ada di Tanah Air. Sektor ekonomi menerima dampak yang paling besar, karena hampir semua aktifitas usaha menjadi lumpuh. Dan yang kini menjadi perhatian serius adalah stok bahan pangan.

Orang nomor satu di negeri ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) masih mengkhawatirkan prediksi dari Food and Agriculture Organization (FAO) tentang potensi adanya krisis pangan di tengah pandemi Covid-19. Menyikapi ini, Presiden Jokowi pun mengingatkan para menterinya untuk menjaga stok bahan pangan.

Apalagi, laporan yang diterima Presiden Jokowi, sederet komoditas kebutuhan pokok masih terjadi defisit di beberapa provinsi. Seperti stok beras ternyata defisit di 7 provinsi.

Lalu stok jagung terjadi defisit di 11 provinsi, stok cabai besar defisit di 23 provinsi dan stok cabai rawit defisit di 19 provinsi. Stok bawang merah pun diperkirakan juga defisit di satu provinsi dan stok telur ayam defisit di 22 provinsi.

Selain itu stok untuk gula pasir juga diperkirakan defisit di 30 provinsi. Lalu stok bawang putih juga diperkirakan defisit di 31 provinsi. Hanya stok untuk minyak goreng yang diperkirakan cukup untuk 34 provinsi. Jokowi pun meminta agar dilakukan pendistribusian yang baik. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan pokok dari daerah yang surplus ke daerah yang defisit.

Jokowi juga menginstruksikan agar transportasi distribusi pangan antar provinsi, antar wilayah, antar pulau tidak boleh terganggu. Kondisi tersebut tentu harus menjadi perhatian serius, sehingga defisit bahan pokok itu tidak terus menganga.

Salah satu upaya yang dilakukan, di antaranya Presiden Jokowi telah meminta Kementerian Pertanian (Kementan), pemerintah daerah (Pemda), dan BUMN membuka lahan persawahan baru dengan target 900.000 ton hekatare (Ha) lahan gambut di Kalimantan Tengah. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi kekeringan yang bisa mengurangi produksi beras di Indonesia.

Harapannya, tentu aktifitas pertanian bisa kembali pulih, sehingga defisit bahan pokok itu bisa ditekan. Sejumlah daerah yang menjadi sentra pertanian juga harus terus didorong agar bisa menjadi penyuplai untuk memenuhi kebutuhan pangan yang ada. Sehingga ketergantungan pasokan pangan dari negara lain juga tidak terus terjadi. (*)

Editor :