• Sabtu, 20 April 2024

Sejak Kecil Wahyu Belum Tersentuh Perawatan Medis

Rabu, 26 Februari 2020 - 17.41 WIB
106

Jensen Wahyu Utomo hanya bisa terbaring di ranjangnya sebab kelumpuhan yang sudah dialaminya sejak bayi. Foto: Agus/Kupas Tuntas

Lampung Timur - Jensen Wahyu Utomo bocah berumur 8 tahun tidak bisa menikmati masa anak-anak seperti sebayanya. Kondisi fisik memaksanya untuk selalu berbaring di ranjang. Belum diketahui penyakit apa yang dihidapnya, sebab orang tuanya memiliki keterbatasan ekonomi sehingga tidak mampu memberikan perawatan medis secara serius.

Dengan menggunakan kaus dalam dan celana dalam anak matanya menatap langit langit. Kedua tangannya menekuk menempel pada dadanya . Sepuluh jemari tangannya tidak bisa bergerak lincah seperti tangan-tangan normal lainnya. Bocah laki-laki itu terbaring sedih di atas ranjang kamar tidur setinggi 25 sentimeter. Sesekali bocah yatim itu merengek.

Seorang perempuan sepuh dengan sabar merawat bocah malang yang mengalami kelainan fisik sejak bayi itu. Perempuan itu tidak lain nenek kandung Wahyu bernama Pniyem. "Dari pagi sampai siang saya yang merawat, karena ibunya kerja di warung makan tempat orang," kata Poniyem sembari mengelus-elus Wahyu.

Kelainan fisik pada Wahyu terlihat dari kepalanya dengan ukuran yang tidak normal (membesar). Kedua tangannya terutama pada jari-jarinya tidak bisa bergerak sempurna. Kakinya tidak mampu menapak (lumpuh), dan pandangan matanya tidak normal (rabun).

"Belum pernah saya bawa ke dokter atau rumah sakit, karena gak punya uang, pengen sih dibawa ke rumah sakit biar tau apa penyakit anak saya," kata Surani, ibu kandung Wahyu.

Surani tinggal bersama ibunya dan dua anaknya di Dusun I, Desa Labuhanratu VI, Kecamatan Labuhanratu. Ia menjadi tulang punggung keluarga setelah suaminya meninggal 2 tahun lalu. Untuk mencukupi kebutuhan hidup, perempuan 39 tahun itu bekerja sebagai buruh di salah satu rumah makan tidak jauh dari rumahnya pagi hingga siang. "Upahnya sedikit pokok cukup untuk makan saja," ucap Surani dengan nada lirih.

Terkait dengan anak keduanya yang mengalami pesakitan sejak lahir itu, keluarga pasrah dengan ketentuan yang maha kuasa sebab tidak ada daya untuk memaksakan diri mengobatkan putra keduanya itu." Pokok akan saya rawat sampai kapanpun dan dalam kondisi apapun," tegas ibu dua anak itu.

Setiap hari Wahyu hanya berada di atas ranjang  dan gendongan ibunya karena bocah yang sudah berusia delapan tahun itu mengalami kelumpuhan sejak kecil. "Dulu masih kecil penyakit yang kelihatan hanya kepalanya saja tampak membesar, tapi kok menginjak pertumbuhan anak saya gak bisa jalan ya sudah saya pasrah," kata perempuan itu dengan menghempaskan nafas panjang.

Dampak dari keterbatasan ekonomi, bukan hanya anak keduanya tidak bisa mendapat perawatan medis yang cukup serius namun anak perempuan pertamanya bernama Silvia juga mendapat dampak buruk dari terpuruknya ekonomi keluarga dengan tidak bisa melanjutkan sekolahnya ke tingkat SLTA. "Yah anak saya yang pertama hanya lulus SMP, mau lanjut ke SMA tidak ada biaya," terang Surani. (*)

Editor :