• Kamis, 28 Maret 2024

NUANSA: Lahan Pangan Menyusut

Rabu, 15 Januari 2020 - 08.09 WIB
140

Satoris. Foto: Doc Kupastuntas.co

NUANSA - Petani menjadi tokoh sentral dalam upaya mempertahankan lahan pangan, sebab mereka masih memegang mayoritas kepemilikan lahan sawah meski alih kepemilikan dan alih fungsi banyak terjadi.

Menjadikan petani sebagai tokoh sentral berarti harus siap memberikan jaminan, tidak hanya menjaminan keuntungan kepada petani di tengah fluktuasi harga pangan, namun jaminan kesejahteraan petani, kemudahan memperoleh pupuk dan benih unggul, serta dukungan fasilitas yang memadai seperti irigasi dan jalan tani.

Jika petani sejahtera dengan lahan miliknya ada kecenderungan petani akan mempertahankannya. Sebaliknya, jika kesejahteraan tak terjamin maka petani akan merubah bahkan menyerahkan lahannya untuk mencari nilai ekonomi yang lebih baik. Padahal, jika lahan tak lagi dimiliki petani maka kepentingan pemanfaatan lahan untuk ketahanan pangan berubah dan tak menjadi prioritas, oleh karena itu kebijakan fiskal bagi petani mesti diperhatikan dan direncanakan secara matang.

Pernyataan kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura (DTPH) Lampung Barat Yedi Heryadi kepada wartawan kupastuntas.co cukup mengejutkan, menggembirakan sekaligus mencengangkan. Disebut menggembirakan sebab adanya keterbukaan dalam menyuguhkan informasi dari pihak terkait yang bersifat apa adanya, sehingga dapat menjadi dasar membuat perencanaan pembangunan yang baik dan tepat sasaran. Sedangkan dikatakan mencengangkan karena secara spontan bergumam dia mengatakan bahwa "selama ini untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Lampung Barat masih ditopang oleh kabupaten tetangga lalu bagaimana nanti apabila keberadaan lahan pangan berkurang?"

Turut mencengangkan karena ada pertanyaan dalam benak ke mana kucuran dana dari pemerintah dalam setiap tahun, baik anggaran yang bersumber dari APBN maupun APBD yang angkanya tidak sedikit dan diperuntukkan bagi kesejahteraan petani namun dalam kenyataannya banyak lahan sawah petani beralih fungsi karena tidak didukung sumber air yang memadai.

Mengutip penjelasan Yedi Haryadi bahwa alih fungsi lahan pangan di Lambar mencapai luasan 2000 hektare, jika setiap musim panen perhektare menghasilkan 4000 kg, maka secara otomatis setiap musim panen produksi padi mengalami penurunan hingga 8000 ton.

Menurut Yedi terjadinya alih fungsi lahan karena petani beralasan kekurangan air dan telah terjadi perubahan mindset petani bahwa ada yang lebih menguntungkan selain dari menanam padi. Jika alasan petani yang disampaikan Yedi Haryadi diulas tentu akan meluas kepertanyaan yang berkaitan erat dengan penyebab munculnya alasan tersebut.

Untuk memastikan penyebab menyusutnya lahan pangan dan untuk menembus solusinya tentu memerlukan waktu untuk proses pendataan. Akurasi data luas lahan pertanian yang masih produktif dan tidak produktif berikut penyebab, harus teridentifikasi secara menyeluruh.

Dengan bermodal data pangan yang akurat, perencanaan pembangunan fasilitas lahan pangan ke depan diharapkan akan semakin membaik dan tepat sasaran sehingga angka penyusutan lahan pangan dapat teratasi. (*)

Editor :

Berita Lainnya

-->