Duh, Ruang Pendingin Sangat Dibutuhkan Nelayan Kotaagung
Melimpahnya hasil tangkapan ikan para nelayan di TPI Kotaagung membuat harga jual anjlok. Nelayan butuh ruang pending untuk menyimpan hasil tangkapan agar memiliki nilai tinggi. Foto: Sayuti
Tanggamus - Para nelayan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
Kotaagung, Kabupaten Tanggamus, berharap pemerintah membantu
pengadaan ruang pendinginan (cold
storage), untuk menyimpan hasil tangkapan agar memiliki nilai jual
tinggi.
Selama ini, dengan tidak adanya fasilitas ruang pendingin atau cold storage menjadikan hasil tangkapan mereka tidak mempunyai nilai pasar dan harus segera dijual saat itu juga agar tidak keburu busuk.
"Saat hasil tangkapan ikan melimpah, kami tidak punya posisi tawar. Harga ditentukan pembeli saat lelang, harganya murah, bahkan sangat murah. Kami butuh ruangan pendingin, cold storage untuk menyimpan ikan kami, dan bisa dijual saat paceklik," kata Herman, salah seorang nelayan di TPI Kotaagung, Senin (16/12/2019).
Menurut para nelayan, fasilitas ruang pendingin dirasakan sangat mendesak untuk ratusan kapal dan perahu nelayan yang mendaratkan hasil tangkapan ikan di TPI Kotaagung. Saat panen ikan, berton-ton ikan dilelang di TPI setempat.
"Ruang pendingin ini kebutuhan penting, agar hasil tangkapan kami punya nilai jual tinggi. Jadi saat panen bukan hanya pedagang saja yang untung, kami juga mau untung. Dengan cold storage ini kami bisa simpan ikan dan dijual saat sulit ikan," ujar Rahim, nelayan lainnya.
Selama ini, ikan yang diantar nelayan ke TPI harus segera dipasarkan ke pedagang. Pasalnya, ikan mati yang ditangkap hanya akan bertahan segar selama satu malam untuk sampai ke pedagang.
Saat ini para nelayan di Teluk Semaka Kotaagung sedang dalam masa musim panen dan hasil tangkapan ikan melonjak drastis, hal tersebut secara langsung berpengaruh terhadap harga ikan di pasaran yang penurunannya mencapai 50 % dari harga normal.
Penurunan harga paling tajam terjadi pada ikan tongkol yang biasanya Rp50 ribu per cucuk (isi 10 ikan ukuran sedang), kini hanya Rp22 ribu per cucuk.
Sekretaris DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Tanggamus, Mastang tidak memungkiri adanya kesulitan nelayan Teluk Semaka dalam menyimpan hasil tangkapan mereka.
"Dengan terbatasnya fasilitas mau tidak mau mereka langsung menjual hasil tangkapannya. Jadi harga berapapun akan terima," kata dia.
Dikatakannnya, kondisi ini berbeda jika ada cold
storage. Dimana nelayan dapat menyimpan ikannya dan menjualnya ketika harga
bagus. Dengan demikian, nelayan akan memperoleh keuntungan yang lebih besar.
"Kalau disimpan di cold storage ini kan kualitas ikan tetap baik meski disimpan dalam hitungan bulan," katanya. (*)
Berita Lainnya
-
Di Balik Ngobarmas, Cerita Perjuangan Warga di Daerah Terisolasi Tanggamus
Sabtu, 01 November 2025 -
Dinilai Ingkar Janji, Pemkab Tanggamus Langsung Mantapkan Pembangunan Jalan Penghubung di Pematangsawa
Jumat, 31 Oktober 2025 -
PLN Gerak Cepat Perbaiki Kabel Listrik Menjuntai di Way Tuba Tanggamus
Rabu, 29 Oktober 2025 -
Pemkab Tanggamus Dinilai Ingkar Janji Soal Pembukaan Jalan Way Nipah–Tampang Tua
Rabu, 29 Oktober 2025
Selama ini, dengan tidak adanya fasilitas ruang pendingin atau cold storage menjadikan hasil tangkapan mereka tidak mempunyai nilai pasar dan harus segera dijual saat itu juga agar tidak keburu busuk.
"Saat hasil tangkapan ikan melimpah, kami tidak punya posisi tawar. Harga ditentukan pembeli saat lelang, harganya murah, bahkan sangat murah. Kami butuh ruangan pendingin, cold storage untuk menyimpan ikan kami, dan bisa dijual saat paceklik," kata Herman, salah seorang nelayan di TPI Kotaagung, Senin (16/12/2019).
Menurut para nelayan, fasilitas ruang pendingin dirasakan sangat mendesak untuk ratusan kapal dan perahu nelayan yang mendaratkan hasil tangkapan ikan di TPI Kotaagung. Saat panen ikan, berton-ton ikan dilelang di TPI setempat.
"Ruang pendingin ini kebutuhan penting, agar hasil tangkapan kami punya nilai jual tinggi. Jadi saat panen bukan hanya pedagang saja yang untung, kami juga mau untung. Dengan cold storage ini kami bisa simpan ikan dan dijual saat sulit ikan," ujar Rahim, nelayan lainnya.
Selama ini, ikan yang diantar nelayan ke TPI harus segera dipasarkan ke pedagang. Pasalnya, ikan mati yang ditangkap hanya akan bertahan segar selama satu malam untuk sampai ke pedagang.
Saat ini para nelayan di Teluk Semaka Kotaagung sedang dalam masa musim panen dan hasil tangkapan ikan melonjak drastis, hal tersebut secara langsung berpengaruh terhadap harga ikan di pasaran yang penurunannya mencapai 50 % dari harga normal.
Penurunan harga paling tajam terjadi pada ikan tongkol yang biasanya Rp50 ribu per cucuk (isi 10 ikan ukuran sedang), kini hanya Rp22 ribu per cucuk.
Sekretaris DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Tanggamus, Mastang tidak memungkiri adanya kesulitan nelayan Teluk Semaka dalam menyimpan hasil tangkapan mereka.
"Dengan terbatasnya fasilitas mau tidak mau mereka langsung menjual hasil tangkapannya. Jadi harga berapapun akan terima," kata dia.
Dikatakannnya, kondisi ini berbeda jika ada cold
storage. Dimana nelayan dapat menyimpan ikannya dan menjualnya ketika harga
bagus. Dengan demikian, nelayan akan memperoleh keuntungan yang lebih besar.
"Kalau disimpan di cold storage ini kan kualitas ikan tetap baik meski disimpan dalam hitungan bulan," katanya. (*)
- Penulis : Sayuti
- Editor :
Berita Lainnya
-
Sabtu, 01 November 2025Di Balik Ngobarmas, Cerita Perjuangan Warga di Daerah Terisolasi Tanggamus
-
Jumat, 31 Oktober 2025Dinilai Ingkar Janji, Pemkab Tanggamus Langsung Mantapkan Pembangunan Jalan Penghubung di Pematangsawa
-
Rabu, 29 Oktober 2025PLN Gerak Cepat Perbaiki Kabel Listrik Menjuntai di Way Tuba Tanggamus
-
Rabu, 29 Oktober 2025Pemkab Tanggamus Dinilai Ingkar Janji Soal Pembukaan Jalan Way Nipah–Tampang Tua









