• Minggu, 22 Desember 2024

Gabungan Pengusaha Rajungan Lamtim Tolak Pengerukan Pasir Pulau Sekopong

Rabu, 06 November 2019 - 11.43 WIB
245

Kupastuntas.co, Lampung Timur - Seluruh pengusaha rajungan di Lampung Timur menolak keras pengerukan Pulau Sekopong untuk diekplorasi pasirnya. Pasalnya, pulau yang terletak di perairan laut Labuhan Maringgai itu masih menjadi tumpuan nelayan rajungan di sana.

Pengusaha rajungan Nurhayati mengatakan wilayah perairan Sekopong merupakan surga bagi nelayan rajungan, bahkan jenis jenis ikan lain pun masih banyak ditemui di sana.

"Kami persatuan pengusaha rajungan menolak keras jika Sekopong Dikerukm" ujarnya, Selasa (5/11/2019).

Bukan hanya mematikan mata pencaharian nelayan rajungan, menurut Nurhayati, ekplorasi pasir laut ada ratusan ibu-ibu yang aka kehilangan pekerjaannya sebagai pengupas rajungan. Seperti usaha milik Nur Hayati, ibu paruh baya tersebut memiliki 48 orang pekerja pengupas rajungan.

"Dan pengusaha rajungan bukan hanya saya saja melainkan ada 8 perusahan rajungan di Labuhan Maringgai," ujarnya.

Menurut dia, pengerukan pasir Pulau Sekopong akan berdampak pada penurunan hasil tangkap rajungan. Jika terjadi demikian, ia memastikan setiap perusahaan rajungan di sanan akan merumahkan sejumlah pekerjanya.

Pulau Sekopong yang juga sebagai tempat pelestarian biota laut merupakan tempat singgah sementara para nelayan. Selain untuk beristirahat, pulau ini dianggap strategis untuk mengolah rajungan agar tidak mengalami pembusukan.

"Rajungan yang sudah didapat, sebelum nelayan pulang lebih dulu merebus (kukus) rajungan di Sekopong agar tidak busuk," kata Nurhayati.

Diketahui, kualitas rajungan dari Lampung timur berskala internasional. Rajungan dari nelayan sana biasanya diolah perusahaan untuk dikirim ke USA bekerjasama dengan perusahaan Philips.

Saat ini, kata Nurhayati, setiap perusahaan rumahan di sana bisa menghasilkan 300 ton rajungan setiap harinya. Harga rajungan ekspor yang sudah dikupas harganya mencapai Rp225 ribu per kilogram. Pengusaha membeli rajungan dari nelayan seharga Rp 40ribu sampai Rp 50 ribu per kilogram. (Agus)

Editor :