• Minggu, 06 Oktober 2024

Benarkah Lulusan SMK Siap Kerja? Faktanya Mengejutkan

Kamis, 10 Mei 2018 - 18.45 WIB
432

Kupastuntas.co, Bandar Lampung - Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan yang mencetak SDM siap kerja. Namun faktanya, lulusan sekolah kejuruan justru jadi penyumbang pengangguran tertinggi di Provinsi Lampung.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung pada Mei 2018, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) untuk lulusan SMK paling tinggi di antara pendidikan lain, yaitu sebesar 9,03 persen. Urutan kedua lulusan SMA (6,65 persen). Sedangkan TPT lulusan SD justru paling kecil (2,30 persen).

Di tingkat nasional, BPS mencatat pengangguran terbuka dari jenjang SMK juga yang tertinggi dibandingkan tingkat pendidikan lain. Besarannya mencapai 8,92 persen dari total angkatan kerja di Indonesia sebanyak 133,94 juta orang.

Kepala BPS Provinsi Lampung Yeane Irmaningrum mengatakan, ini menunjukkan bahwa adanya ketidaksesuaian antara lulusan dan lapangan pekerjaan yang tersedia.

“Lapangan pekerjaan setelah mereka lulus tidak mencukupi, sementara pembangunan SMK terus ditambah. Itu yang menyebabkan pengangguran dari lulusan SMK paling tinggi,” kata Yeane, belum lama ini.

Diminta tanggapannya, Anggota Dewan Pendidikan Lampung (DPL) Yuntardi mengatakan, hal itu memang sudah menjadi perhatian DPL. Pasalnya sekolah kejuruan memang didesain untuk mencetak tenaga kerja muda siap pakai.

“Ternyata di Lampung masih sangat rendah kualitas siap kerjanya. Belum siap bersaing dengan lulusan luar, terutama yang dari Jawa. Ini salah satunya karena akademik dan skillnya belum berimbang. Lampung masih banyak yang mengedepankan teori, padahal SMK itu adalah praktik kerjanya,” kata Yuntardi, Kamis (10/5/2018).

Harusnya ada perimbangan. Akademiknya tinggi tapi praktik dan skillnya juga harus unggul. Menurut Yuntardi, hal itu juga dilatarbelakangi minimnya alat-alat praktik untuk mengasah keterampilan siswa. Di Bandar Lampung misalnya, dari sekitar 10 SMK, hanya ada 2 atau 3 yang punya peralatan praktik yang komplit. Selebihnya masih minim.

“Ini yang seharusnya kita tingkatkan baik di sekolah negeri dan swasta. Jika belum memiliki alat-alatnya, bisa dijalin kerjasama dengan pihak industri, tapi sayangnya langkah itu pun kami lihat sampai sekarang masih minim, masih berupa konsep,” jelas dia.

Hal lain yang membuat banyak lulusan SMK kalah bersaing di pasar kerja, yakni kurangnya jumlah guru produktif. Kemendikbud mendata kekurangan guru produktif di seluruh Provinsi mencapai 41.861 orang. Menurut Yuntardi, di Lampung hanya ada 70 guru produktif.

“Untuk menutupi kekurangan ini, kita sudah minta agar Pemda mengusulkan ke pemerintah pusat. Sebelum itu belum terpenuhi, pemda melalui disdik bisa merekrut tenaga ahli dari industri, bahkan guru yang sudah pensiun juga bisa dikariakan kembali,” kata dia.

Saat dikonfirmasi, Kepala Bidang SMK Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Lampung, Teguh Irianto belum mau banyak berkomentar. Ia mengaku belum mendapat kabar tentang jumlah lulusan SMK. Selain itu, Teguh juga mengatakan kalau dia sedang sakit.

“Kalau itu saya belum dengar kabarnya. Saya belum berani komentar banyak, tetapi kalau mas bisa hubungi pak Kadis (Sulpakar) itu lebih baik. Saya lagi sakit jadi belum kepikiran mau bahas itu,” katanya. (Tampan)

 

Editor :