• Sabtu, 21 September 2024

Mubazir! SPBN Tempat Pelelangan Ikan Kota Agung Tak Pernah Beroperasi

Selasa, 03 April 2018 - 17.31 WIB
503

Kupastuntas.co, Tanggamus - Aset bernilai ratusan juta rupiah berupa Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) di komplek Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Kota Agung, Kabupaten Tanggamus, mubazir karena tidak pernah dioperasikan. Kondisi ini memaksa nelayan mencari pasokan solar ke Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).

Pantauan Kupas Tuntas, Selasa (03/04/2018), fasilitas penunjang nelayan yang dibangun menggunakan anggaran negara itu, sejak dibangun tahun 2010 lalu itu hanya beroperasi beberapa hari saja, dan setelah itu berhenti beroperasi.

"Membuang-buang uang negara saja. Coba kalau uang yang untuk membuat pom (SPBN) itu digunakan untuk membantu usaha nelayan, atau membangun rumah nelayan miskin, maka tidak mubazir, ada manfaatnya. Ini tidak ada manfaatnya sama sekali," kata seorang nelayan di TPI Kota Agung, Selasa (03/04/2018).

Akibat tidak difungsikannya SPBN itu, memaksa nelayan setempat membeli bahan bakar minyak (BBM) solar ke stasiuan pengisian bahan bakar umum (SPBU) terdekat. Padahal, maksud dibangunnya SPBN ini adalah memberi kemudahan kepada nelayan Kota Agung mendapatkan BBM.

“Awalnya kami berharap, keberadaan SPBN ini dapat membantu kami dalam menyediakan BBM, karena selama ini kami beli BBM ke SPBU. Tetapi sejak selesai dibangun, SPBN itu tidak pernah difungsikan,” kata Yadi (35), nelayan setempat.

Jaya (37), nelayan lainnya mengungkapkan, keberadaan SPBN itu belum memberikan manfaat bagi nelayan, karena sejak selesai dibangun fasilitas tersebut tidak difungsikan dan terbengkalai. "Setahu saya, belum pernah yang namanya kami memperoleh solar atau bensin di SPBN ini, ya karena tidak beroperasi,” kata dia.

Selama ini, kata dia, nelayan terpaksa membeli solar dan bensin ke SPBU atau ke pengecer dengan harga mahal. “Kami beli ke SPBU atau melalui pengecer. Jadi kami juga harus mengeluarkan uang lebih, baik untuk agen ditambah ongkos ojek atau ongkos becak,” kata Jaya.

Hal itu dibenarkan sejumlah nelayan lainnya. Menurut mereka, selama ini mereka kesulitan dalam memperoleh solar dan bensin.

“Selama ini, untuk mendapatkan bahan bakar, setiap liternya kami harus membayar lebih yakni senilai Rp500, dan jika kami membutuhkan solar sebanyak 200 liter setiap melaut, berarti kami harus merogoh kocek senilai Rp100 ribu, hanya untuk membayar kurir, belum lagi ditambah biaya untuk membayar solarnya yang mencapai Rp1.030.000,” ungkap Mul, seorang nelayan Pure Shine.

Para nelayan, menurut Mul, sangat membutuhkan adanya Stasiun Bahan Bakar Nelayan (SPBN). Pasalnya, selama ini para nelayan sangat kesulitan mendapatkan BBM dengan harga yang normal.

“Kami bingung hanya di Kotaagung yang tidak ada SPBN nya, atau ada tapi tak berfungsi, sedangkan di pelabuhan lain yang kami tahu, semuanya disediakan SPBN. Padahal, jika dikaitkan dengan jumlah nelayan, kami juga sudah cukup banyak yakni mencapai ribuan,” tuturnya. (Sayuti)

Editor :